Ini Alasan Saham Emas Diyakini Bakal Moncer di 2023

Last modified date

Seiring tahun 2022 yang tinggal menyisakan beberapa hari lagi, kalangan pelaku pasar pun mulai sibuk mencermati dan menganalisa potensi pergerakan saham di 2023 mendatang.

Salah satu yang jadi sorotan adalah pergerakan harga saham yang berbasis komoditas emas, seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB).

Meski tak semuanya terkoreksi, pergerakan saham-saham tersebut dalam beberapa waktu terakhir disinyalir tengah menunjukkan tren penurunan. Kondisi ini membuat sebagian pihak meragukan potensi saham-saham tersebut di tahun depan.

“Yang perlu dipahami bersama adalah bahwa selain digerakkan oleh data yang ada saat ini, pasar saham itu juga didorong oleh ekspektasi yang terbentuk di pasar,” ujar Senior Partner PT Astha Advisory Indonesia, Hans Kwee dikutip IDX.

Pernyataan tersebut disampaikan Hans Kwee untuk menjelaskan bahwa meski saat ini cukup tertekan seiring dengan lonjakan harga komoditas, namun secara keseluruhan saham-saham berbasis emas di tahun depan diyakini masih memiliki potensi yang cukup menggiurkan.

“Karena kalau kita mencermati emiten berbasis emas ini, laba mereka rata-rata meningkat semua. Sehingga kalau kita bicara (potensi) ke depan, masih akan cukup menarik, meski dalam jangka pendek masih relatif tertekan,” tutur Hans Kwee.

Meski kemudian, Hans Kwee juga mengingatkan bahwa kondisi perekonomian global ke depan masih dibayangi adanya risiko terjadinya resesi. Kondisi tersebut juga dipastikan bakal memengaruhi volatilitas harga emas ke depan.

“Nah resesi ekonomi global itu biasanya di satu sisi bagus untuk emas untuk menurunkan demand. Ini akan membuat (harga) emas cenderung agak sedikit tertahan ya. Jadi ke depan tidak bisa tinggi lagi, di level internasional,” ungkap Hans Kwee.

Sementara, di level domestik, harga emas terkerek naik seiring pelemahan nilai tukar rupiah yang bersifat sementara. Kondisi ini nantinya diperkirakan Hans Kwee bakal dipengaruhi oleh dana asing yang bakal mulai masuk lagi ke pasar SUN dan saham.

“Masuknya dana asing ke pasar saham Indonesia dan SUN ini biasanya akan membuat rupiah kembali stabil, dan bahkan posisinya akan cenderung menguat. Jika ini (benar-benar) terjadi, maka rata-rata akan membuat pergerakan harga saham berbasis emas cenderung stuck,” papar Hans Kwee.

Harga emas internasional sendiri berpotensi bergerak ke level USD2 ribu per troy ounce, dari semula USD1.800 per troy ounce. Namun, porsi permintaan bakal cenderung turun karena negara seperti Tiongkok perekonomiannya dipekrirakan akan melambat.

“Saya melihat (harga internasional) itu sudah masuk level tertingginya ya, atau all time high, dan tidak begitu positif ke depannya,” jabar Hans Kwee.

Sedangkan untuk proyeksi saham ANTM, Hans Kwee menilai posisinya saat ini masih cukup menarik. Penilaian itu didasarkan pada posisi PER di 13x, sedangkan jika di periode tingginya bisa mencapai 29x.

“Jadi ini ada kenaikan yang cukup signifikan dari net profitnya, sehingga Antam jadi salah satu yang cukup menarik. Untuk target harga mungkin bisa balik ke Rp2.250 (per saham). Bahkan kalau positif bisa ke Rp2.600 (per saham) dengan buy on weakness,” jelas Hans Kwee.

Sementara untuk saham MDKA, Hans juga menilai masih cukup menaik seiring dengan kenaikan laba yang berhasil dilakukannya.

“Harga sahamnya memang cukup mahal, jadi bisa buy on weakness di 3.600 sampai 3.800, dan jangka pendeknya di 4.550 (per saham),” tegas Hans Kwee.

Afditya Imam