Apakah Investor Pintar Akan Beli Saham SIDO?
Laporan setahun kinerja PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) baru saja dirilis.
Perusahaan herbal yang telah berdiri dari 1951, ini masih konsisten memanjakan pemegang sahamnya (investor) sejak melantai di Bursa Efek Indonesia 2013.
Dengan produk andalan herbal suplemen Tolak Angin dan energy drink Kuku Bima, telah mencatatkan kenaikan laba bersih hingga dua kali lipat dalam 6 tahun terakhir (2013-2019) yakni dari Rp 405 miliar menjadi Rp 807 miliar. Sementara, kenaikan setahun dari 2018 ke 2019 sendiri adalah 21,7%.
Tidak berhenti hanya di situ, utang Sido Muncul juga tergolong kecil di 2019, hanya Rp 18 miliar dengan ekuitas senilai Rp 3 triliun. Artinya Debt to Equity Ratio (DER) hanya 0.006 kali. Ini menjadi parameter yang biasanya digunakan oleh investor untuk melihat apakah manajemen care dengan utang perusahaan.
Apakah manajemen menjalankan Sido Muncul dengan efisien?
Mari kita analisa 2 rasio berikutnya yaitu Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin(NPM). Sebagai gambaran singkat, ROE digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham. Sedangkan NPM digunakan untuk mengukur seberapa efisien manajemen mengelola dalam menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi kedua rasio ini maka semakin sehat pula perusahaan.
Untuk ROE, dalam 5 tahun terakhir selalu di atas 15%, bahkan di 2019 mencatatkan ROE tertinggi yakni 26,4%. Untuk NPM, dalam 5 tahun terakhir juga konsisten di atas 10%. Tahun 2019 juga berhasil menoreh angka tertinggi yaitu 26,3%. Wow!
Perusahaan yang dinahkodai David Hidayat sebagai direktur utama sejak Mei 2018 ini, juga mampu mencatatkan perolehan arus kas operasi yang positif senilai Rp 836 miliar, dan kas setara Rp 864 miliar di akhir periode 2019.
Namun, sayangnya kepemilikan saham perusahaan masih didominasi sebesar 81% oleh Hotel Candi Baru, Semarang, yang dipimpin oleh Irwan Hidayat sebagai direktur utama sekaligus kakak kandung dari David Hidayat.
Bagaimana prospek saham SIDO ke depan?
Meneruskan catatan dari halaman perusahaan, untuk memperluas pangsa pasar, Sido Muncul telah berhasil menembus pasar ekspor dengan memasarkan produk ke negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Australia, Korea Selatan, Nigeria, Aljazair, Hong Kong, Amerika Serikat, Arab Saudi, Mongolia, dan Rusia.
Langkah ekspor dan rencana telah dilaksanakan sesuai dengan pengalaman perusahaan yang telah mendapatkan banyak permintaan konsumen dari berbagai negara. Meskipun telah masuk ke pasar ekspor, pangsa pasar lokal akan tetap sebagai perhatian utama dari perusahaan. Perusahaan merangkul influencer, youtuber dan blogger untuk masuk ke pasar milenial, apalagi saat ini tren hidup sehat dengan produk alami semakin marak di kalangan masyarakat terutama generasi muda.
Apakah sudah layak dikoleksi?
Lalu pertanyaannya, apakah saham Sido Muncul ini sudah layak untuk dibeli atau sudah diskon (murah)? Dengan harga per lembar saham di Rp 1.270 berdasarkan Relative Valuation Price Earning Ratio (PER) 25 kali maka sudah tergolong mahal.
Berdasarkan data 6 tahun terakhir, rata-rata PER terendah Sido Muncul berada pada level 15 kali, artinya baru layak untuk dibeli jika harga sahamnya turun ke Rp 840.
Sumber Grafik: BloombergMarkets
Yossy Girsang
Investment Manager Representative License from OJK, No KEP-40/PM.211/WMI/2020.
Founder & CEO of YG Strategic
Tulisan ini juga sudah dipublish di https://www.tagar.id/apakah-investor-pintar-akan-beli-saham-sido-muncul