Strategi Menkeu Purbaya, Ekonomi Bergerak Tanpa Harus Naikkan Pajak
Saat pertama kali menjabat sebagai Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa dihadapkan pada kondisi ekonomi Indonesia yang sedang melambat. Banyak sektor usaha lesu, daya beli masyarakat turun, dan kepercayaan terhadap pertumbuhan mulai goyah. Namun alih-alih mengambil langkah ekstrem seperti menaikkan pajak, ia justru memilih strategi yang lebih ramah bagi rakyat dan dunia usaha.
Dalam acara Program Sarasehan 100 Ekonom Indonesia CNBC Indonesia, Purbaya menjelaskan bahwa menaikkan pajak di saat ekonomi sulit ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Jika tarif pajak dinaikkan, uang di kantong masyarakat akan berkurang dan orang jadi makin enggan belanja. Akibatnya, ekonomi justru bisa semakin parah. Maka dari itu, ia memutuskan untuk mengambil langkah kebalikannya, bukan menekan tetapi menyuntik tenaga baru ke perekonomian.
Langkah konkretnya adalah memindahkan dana pemerintah sekitar 200 triliun rupiah dari Bank Indonesia ke bank-bank umum. Tujuannya sederhana agar uang itu bekerja. Ketika bank-bank kebanjiran dana, mereka terdorong untuk menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman dengan bunga yang lebih rendah. Dengan bunga yang turun, para pengusaha lebih berani meminjam modal untuk mengembangkan usaha, sementara masyarakat juga lebih percaya diri mengambil kredit seperti untuk membeli rumah atau kendaraan. Hasil akhirnya, roda ekonomi pun berputar lebih cepat.
Soal pendapatan negara, Purbaya punya pendekatan berbeda. Ia tidak ingin menambah beban rakyat lewat tarif pajak yang lebih tinggi. Sebaliknya, ia berfokus mendorong pertumbuhan sektor swasta. Menurutnya, jika perusahaan tumbuh dan untung besar, secara otomatis penerimaan pajak negara juga akan meningkat. Pajak dalam pandangannya bukan harus dikejar lewat tarif tinggi, tapi lewat ekonomi yang sehat dan produktif.
Terkait utang negara, Purbaya menegaskan masyarakat tidak perlu panik. Rasio utang Indonesia masih berada di level aman dan jauh lebih baik dibanding negara besar seperti Amerika Serikat atau Jepang. Menurutnya, utang bukanlah musuh jika digunakan dengan bijak, lebih baik berutang untuk membangun dan menciptakan pertumbuhan daripada tidak berutang tapi ekonomi jalan di tempat.
Ia juga menyoroti masalah dana daerah. Purbaya menemukan ada sekitar 230 triliun rupiah yang menganggur di kas pemerintah daerah. Ia mengingatkan para gubernur agar segera menggunakan dana itu untuk proyek pembangunan yang nyata dan produktif. Pemerintah pusat katanya akan menambah alokasi dana hanya untuk daerah yang terbukti mampu membelanjakan uangnya secara efisien dan tepat sasaran.
Tentang usulan menurunkan PPN, Purbaya mengingatkan bahwa setiap penurunan 1 persen saja bisa mengurangi pendapatan negara hingga 70 triliun rupiah. Karena itu, ia memilih fokus pada pembenahan sistem penagihan pajak terlebih dahulu agar penerimaan negara bisa optimal tanpa perlu mengorbankan kebijakan fiskal yang hati-hati.
Strategi ekonomi Purbaya bisa diringkas dalam satu kalimat, bukan menekan rakyat lewat pajak tinggi tapi menggerakkan ekonomi lewat likuiditas, kepercayaan, dan pertumbuhan. Ia percaya, ekonomi yang sehat akan menghasilkan pendapatan negara yang kuat, bukan sebaliknya.
