3 Tantangan Dunia Menurut Prof Ekonomi Harvard

Last modified date

Dani Rodrik, seorang profesor ekonomi di Harvard Kennedy School, menyatakan bahwa dunia sekarang sedang menghadapi tiga tantangan besar yang saling berkaitan dan tidak bisa diabaikan begitu saja yaitu perubahan iklim, melemahnya kelas menengah, dan masih tingginya angka kemiskinan.

Menurutnya, kalau tiga hal ini tidak ditangani bersama, dunia akan semakin terpecah, baik secara ekonomi maupun sosial.
Rodrik mengatakan bahwa banyak negara masih berpikir keliru. Mereka menganggap bahwa untuk menyelamatkan lingkungan, misalnya, kita harus mengorbankan pertumbuhan ekonomi. Atau kalau negara maju memperkuat kelas menengahnya, negara berkembang akan kehilangan peluang ekspor dan investasi.

Padahal, menurut Rodrik, tidak harus seperti itu. Ia percaya bahwa dengan kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta, negara bisa menciptakan solusi yang justru menguntungkan semuanya.

Salah satu contoh nyata datang dari China, yang berhasil menurunkan harga energi terbarukan seperti panel surya dengan sangat drastis. Pemerintah di semua tingkatan dari pusat sampai kota mendukung kebijakan energi hijau dengan insentif dan investasi besar. Akibatnya, teknologi makin murah, banyak perusahaan ikut berinovasi, dan energi bersih jadi lebih mudah diakses. Rodrik menyebut ini sebagai “kisah sukses besar” yang bisa jadi inspirasi bagi negara lain.

Menariknya, walaupun banyak orang mengira kebijakan China hanya bisa berhasil karena sistemnya yang otoriter, Rodrik justru mengatakan sebaliknya. Menurutnya, keberhasilan itu bukan karena pemerintahnya diktator, tapi karena ada kolaborasi nyata antara pemerintah, bisnis, dan daerah, serta adanya eksperimen kebijakan yang fleksibel. Model semacam ini, katanya, bisa diterapkan di negara demokratis juga, asal mau bekerja sama dan tidak kaku.


Rodrik juga menekankan bahwa masa depan lapangan kerja bukan lagi di pabrik-pabrik besar seperti zaman dulu. Sekarang, hampir semua negara baik yang maju maupun berkembang menghadapi penurunan pekerjaan di sektor industri. Karena itu, fokus baru harus diarahkan ke sektor jasa, seperti kesehatan, pendidikan, logistik, dan layanan publik. Tantangannya adalah bagaimana membuat pekerjaan di bidang jasa tetap produktif dan memberikan penghasilan layak.
Ia menyarankan agar pemerintah membentuk lembaga seperti DARPA di Amerika, sebuah badan riset yang mendorong inovasi untuk kepentingan masyarakat luas. Bedanya, lembaga ini harus fokus menciptakan teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia, bukan malah menggantikannya dengan mesin.

Rodrik menyimpulkan bahwa dunia perlu cara berpikir ekonomi yang baru, bukan hanya mengejar angka pertumbuhan, tapi juga memastikan kesejahteraan yang lebih merata. Ia mengatakan bahwa manusia harus dipandang bukan hanya sebagai pembeli atau konsumen, tapi juga sebagai pencipta nilai dan kontributor bagi masyarakat.
Ekonomi masa depan harus berpusat pada manusia, bukan sekadar angka. Kita perlu membangun dunia di mana pekerjaan bermakna, lingkungan terjaga, dan semua orang punya kesempatan yang adil untuk hidup sejahtera.

Afditya Imam