Apakah saham UNVR atau Unilever menarik dikoleksi

Last modified date

Harga Saham UNVR sempat turun -33,9% pada 18 Maret 2020 dibanding harga pembukaan perdagangan awal tahun 2020

Penurunan harga saham UNVR pada tahun ini akibat dari pandemi wabah virus corona menunjukkan tren yang mengikuti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yaitu hingga minggu ketiga Maret 2020, mencapai lebih dari 30%. Berbeda dengan kondisi tahun 2008 dimana saham UNVR cenderung defensif dan ketika selama tahun 2008 IHSG turun -50% namun saham UNVR masih mampu bertumbuh sekitar 8%. 

Mulai minggu ke empat Maret 2020, harga saham UNVR kembali naik dan dalam sebulan terakhir mencatatkan kenaikan sekitar 30,9% dari level terendah harga Rp 5.575 menjadi Rp 7.300 di 23 April 2020. 

Grafik Harga Saham UNVR dalam setahun terakhir (Yahoo Finance)

Sekilas Unilever Indonesia (UNVR) 

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 5 Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. dan dalam waktu 86 tahun terakhir telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) terbesar di Indonesia. Beberapa produk dan brand Unilever menjadi pemimpin pasar di kategorinya dan sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Sebut saja seperti Sunlight, Wall’s, Pepsodent, Lux, Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline, Rinso, Molto, Royco, Bango, dan masih banyak lagi.

Saham UNVR pertama sekali ditawarkan ke publik (IPO) dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1982, bahkan pada akhir 2015, Unilever Indonesia (UNVR) telah menjadi perusahaan terbesar keempat berdasarkan kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia, dan hingga saat ini April 2020.

Berdasarkan halaman dari Unilever Indonesia, beberapa milestone penting dalam perjalanan investasi dan pengembangan produk dari Unilever Indonesia dapat dilihat pada list berikut ini: 

1936 – Margarin Blue Band dan sabun mandi Lux mulai dipasarkan di Indonesia

1990 – Membuka pabrik Personal Care di Rungkut, Surabaya dan memasuki bisnis teh dengan mengakuisisi SariWangi

1992 – Pabrik es krim Wall’s dibuka di Cikarang. Conello dan Paddle Pop muncul di pasar

2001 – Memulai bisnis kecap dengan mengakuisisi Bango

2004 – Merek Knorr diakuisisi dari Unilever Overseas Holding Ltd dan menggabungkannya dengan Unilever Indonesia. Memindahkan pabrik produk perawatan rambut dari Rungkut ke Cikarang

2008 – Membangun pabrik perawatan kulit (skin care) terbesar se-Asia di Cikarang. Memasuki bisnis minuman sari buah dengan mengakuisisi brand Buavita dan Gogo.

2013 – Meluncurkan “Project Sunlight” untuk menginspirasi masyarakat agar bergabung dalam menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang

2014 – Meluncurkan program ‘Bitobe untuk Indonesia’ dari Lifebuoy 

2015 – Membuka pabrik ke-9 dari Unilever Indonesia seluas 6 hektar di Cikarang, yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 7 juta unit bumbu masak dan kecap setiap tahunnya

2016 – Memindahkan kantor pusat ke gedung baru seluas 3 hektar di BSD City Tangerang. Kantor baru ini ditempati oleh 1.200 karyawan dan diresmikan pada tahun 2017

2018 – Meluncurkan saus sambal Jawara dan meluncurkan brand perawatan tubuh baru Korea Glow

Saat ini, 85% dari saham UNVR atau sejumlah 6.484.877.500 lembar dipegang oleh Unilever Indonesia Holding B.V. dan sisanya 15% dimiliki oleh publik. Unilever Indonesia dipimpin oleh Hemant Bakshi, WNA berkebangsaan India, yang diangkat sebagai Presiden Direktur sejak 1 Desember 2014. Dan posisi Presiden Komisaris dijabat oleh  Maurits Daniel Rudolf Lalisang, yang sebelumnya pernah menjadi Presiden Direktur UNVR dari 2004-2014.

Penjualan dan Laba Bersih Unilever Indonesia (UNVR)

Bisnis dari UNVR meliputi dua kategori produk utama yaitu Home and Personal Care (Kebutuhan Rumah Tangga dan Perawatan Tubuh) dan Foods and Refreshment (Makanan dan Minuman). Dimana pada 2019, Home and Personal Care masih mendominasi sebagai penjualan terbesar yaitu senilai Rp 29,86 triliun atau 69,6% dari total penjualan bersih Unilever Indonesia. Sementara untuk Foods and Refreshment mencapai Rp 13,06 triliun atau 30,4% dari total penjualan.

Sumber Penjualan UNVR berdasarkan Kategori Produk di 2019 (diolah oleh Yossy Girsang)

Dalam 9 tahun terakhir, Penjualan dari UNVR menunjukkan tren positif dan bertumbuh, walaupun dalam sejak 2015 pertumbuhan penjualan sudah tidak lagi dua digit alias di bawah 10%. Dan pertumbuhan tersebut semakin kecil dari tahun ke tahun, dimana pada 2019 hanya sebesar 2,68% yaitu dari Rp 41,8 triliun di 2018 menjadi Rp 42,9 triliun.

Tantangan untuk Unilever sebagai perusahaan yang besar dan stabil, tentu pertumbuhan penjualan akan mengikuti tren pertumbuhan PDB atau Produk Domestik Bruto Indonesia yang mencapai 5,02% di 2019. Karena saat ini, penjualan domestik UNVR mencapai 95,2% dari total penjualan 2019 atau senilai Rp 40,87 triliun.

Sedangkan untuk Laba bersih, pada tahun 2019 PT Unilever Indonesia Tbk mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,47% dibanding tahun sebelumnya, dimana perhitungan ini tanpa memasukkan hasil keuntungan dari penjualan aset merek dagang Blue Band (kategori Spread) pada bulan Juli 2018 senilai Rp 2,1 triliun. Mengapa angka keuntungan ini dikeluarkan? Karena keuntungan ini tidak akan terjadi setiap tahun, sehingga untuk memberikan perbandingan yang lebih apple to apple, lebih baik dikeluarkan. Dan lagi, akan sangat berbahaya jika UNVR setiap tahun menjual asetnya, itu berarti perusahaan justru akan semakin kecil terutama pada sisi penjualan dalam jangka panjang.

Grafik Penjualan dan Laba Bersih UNVR (diolah oleh Yossy Girsang)

Apakah UNVR tergolong Efisien

Buat Anda pembaca kami yang baru mengenal kedua rasio ini, Net Profit Margin (NPM) digunakan untuk mengukur seberapa efisien manajemen mengelola pengeluaran perusahaan dalam menghasilkan laba bersih, sedangkan Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari setiap rupiah yang diinvestasikan oleh pemegang saham. Semakin tinggi kedua rasio ini maka semakin sehat pula perusahaan. Berdasarkan analisa kami, perusahaan dengan NPM di atas 10% dan ROE di atas 15% tergolong efisien dan baik.

Untuk Net Profit margin (NPM), dalam 9 tahun terakhir Unilever Indonesia masih konsisten mencatatkan pencapaian di kisaran 16-17%, dan ini masih tergolong efisien. Pada 2019 yang lalu, NPM dari UNVR sebesar 17,2%. Kami biasanya memilih perusahaan dengan NPM lebih besar dari 10% dan konsisten dalam 5 tahun terakhir untuk memastikan walaupun ada perubahan dari beban-beban perusahaan terutama yang berkaitan dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar, maka perusahaan dengan NPM lebih dari 10% tidak akan serta merta berbalik dari laba bersih menjadi rugi bersih dalam jangka pendek.

Return on Equtiy (ROE) dari UNVR sendiri, dalam 9 tahun terakhir masih konsisten juga di atas 100%, bahkan ROE pada tahun 2019 merupakan yang tertinggi sebesar 140%. Sepanjang informasi yang kami miliki, hanya ada dua perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia dengan ROE di atas 100% yaitu Unilever Indonesia (UNVR) dan Multi Bintang Indonesia (MLBI).

Grafik Net Profit Margin dan Return on Equity dari UNVR (diolah oleh Yossy Girsang)

UNVR termasuk perusahaan yang rajin membagi dividen dua kali per tahun dari laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan bahkan dengan porsi atau dividen payout ratio yang cukup besar. Pada 2019 ini, Unilever Indonesia membagi dividen ke pemegang sahamnya dengan jumlah total sebesar Rp 9,18 Triliun.

Utang UNVR yang relatif kecil 

Salah satu kunci yang mengakibatkan UNVR mampu mencapai NPM di atas 10% dan ROE di atas 100% yaitu kepedulian manajemen untuk menjaga level utang dari perusahaan. PT Unilever Indonesia Tbk memiliki liabilitas berbunga atau utang sebesar Rp 2,92 triliun dibandingkan dengan ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 5,28 triliun di tahun 2019, atau dapat dikatakan memiliki Debt to Equity ratio (DER) sebesar 0,55 kali. Acuan yang kami gunakan untuk perusahaan di luar sektor keuangan, DER yang aman jika di bawah 0,5 kali. 

Memang jika dilihat pada grafik DER di bawah, pada tahun 2017, DER dari UNVR sempat melonjak 0,69 kali dan 2019 sebesar 0.55 kali, namun jika kita menelusuri lebih jauh pada Laporan Keuangan UNVR sejak di 2017, sebenarnya pinjaman ini hanyalah pinjaman jangka pendek yang diberikan oleh berasal dari afiliasinya yaitu Unilever Finance International AG (UFI). Pemegang saham akhir (ultimate shareholder) dari UNVR dan UFI adalah sama, yaitu Unilever NV. 

Grafik Debt to Equity Ratio dari UNVR (diolah oleh Yossy Girsang)

Fasilitas pinjaman yang diberikan oleh Unilever Finance Internasional AG berupa pinjaman jangka pendek sampai dengan Rp 3 triliun tanpa jaminan dengan bunga minimal 0,15% di bawah Penawaran Tarif Alternatif pinjaman terendah yang ada dengan jangka waktu yang sama. Penawaran tarif alternatif adalah tingkat bunga pinjaman yang ditawarkan oleh sampai dengan 5 Bank, di mana UNVR masih memiliki fasilitas pinjaman yang telah tersedia pada Bank tersebut. Disepakati juga bahwa untuk setiap penarikan dana pinjaman dengan jangka waktu minimum 1 bulan dan maksimum kurang dari 1 tahun selama periode antara 15 Juni 2017 – 14 Juni 2022 (availability period).

Prospek Saham UNVR dan Nilai Wajarnya

Pertumbuhan penjualan dan laba bersih PT Unilever Indonesia Tbk sangat bergantung pada pertumbuhan sektor konsumsi di Indonesia. Tentu dengan pandemi Covid-19 saat ini yang turut menekan kosumsi domestic, maka hal ini akan berdampak juga pada penjualan UNVR di 2020.Berdasarkan laporan yang dirilis oleh McKinsey, diprediksi untuk sektor barang konsumsi, durasi dampaknya dari Covid-19 akan terasa hingga Kuartal kedua 2020. Sehingga penurunan penjualan dari UNVR baru akan mulai terlihat dari rilis Laporan Keuangan kuartal kedua yang biasanya dirilis pada sekitar Agustus 2020. Untuk estimasi konservatif, biasanya kami mengambil perkiraan angka 20% sebagai penurunan penjualan dari perusahaan sektor barang konsumsi. Sehingga, jika mengambil perkiraan bahwa tahun ini Laba Bersih UNVR dapat turun hingga 20% dari 2019, maka Earning per share (EPS) akan turun menjadi sekitar Rp 155 per lembar saham. 

Dengan rata-rata PER terendah dari UNVR dalam 9 tahun terakhir di level 37 kali, maka dengan EPS 155, diperoleh harga saham UNVR yang mulai terdiskon jika berada pada level di bawah Rp 5.735, dimana harga ini sempat tercapai pada 19-25 Maret 2020 yang lalu dengan harga terendah saham UNVR adalah Rp 5.275. Apakah masih mungkin saham UNVR yang saat ini telah berada di level Rp 7.300 untuk turun kembali ke harga tersebut? Sangat mungkin mengingat hingga saat ini, ada 213 negara yang masih berjuang melawan pandemi wabah virus corona, yang mana hampir seluruh negara tersebut juga masih belum memiliki strategi yang benar-benar dapat mengendalikan penyebaran Covid-19. Artinya situasi market masih berpotensi untuk turun lagi terutama di Kuartal kedua ini. Dalam kondisi ini akan sangat bijak jika melakukan pembelian bertahap dan tidak terburu buru dalam satu waktu transaksi.

Kembali kami ingatkan bahwa, pada akhirnya keputusan jual beli saham ada di tangan Anda sebagai pembaca, karena tujuan kami memberikan analisa itu adalah untuk edukasi agar ke depannya Anda juga mampu melakukan riset sendiri sebelum memutuskan untuk memiliki satu saham perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Yossy Girsang

Founder and CEO YG Strategic

admin