Sosialisme vs Kapitalisme, Mana yang Lebih Baik

Ekonom Noah Smith baru-baru ini membagikan grafik dari Our World in Data yang kembali memicu perdebatan klasik antara kapitalisme dan sosialisme. Grafik itu memperlihatkan kisah dua negara dengan nasib ekonomi yang berlawanan: Polandia yang makmur di bawah sistem pasar bebas, dan Venezuela yang terpuruk akibat kebijakan ekonomi sosialis.

Menurut data dari Maddison Project Database 2023, pada tahun 1990 saat Polandia mulai meninggalkan ekonomi terpusat dan beralih ke sistem pasar bebas, pendapatan per kapita negara itu hanya sekitar $6.000 (dalam dolar internasional 2011). Namun, berkat reformasi ekonomi yang agresif, privatisasi, dan integrasi ke Uni Eropa, angka itu melonjak tajam menjadi lebih dari $30.000 pada tahun 2022. Polandia kini menjadi salah satu ekonomi paling dinamis di Eropa Timur, dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran yang terus menurun.

Sebaliknya, Venezuela menggambarkan sisi gelap dari eksperimen sosialisme modern. Di awal 2010-an, negara kaya minyak ini sempat mencatat GDP per kapita lebih dari $15.000, namun kebijakan nasionalisasi besar-besaran, kontrol harga, serta ketergantungan ekstrem pada ekspor minyak membuat ekonominya rapuh. Ketika harga minyak jatuh dan inflasi meledak, pendapatan per kapita Venezuela anjlok hingga di bawah $5.000, level terendah dalam 70 tahun terakhir. Negara yang dulu menjadi magnet bagi pekerja Latin Amerika kini justru mengalami eksodus jutaan warganya akibat krisis ekonomi dan politik.

Grafik itu adalah bukti nyata keunggulan sistem pasar bebas dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jika suatu negara atau kota benar-benar ingin membantu orang miskin, maka mereka butuh lebih banyak kapitalisme dan lebih sedikit sosialisme. Meskipun terdengar paradoksal bagi sebagian orang, data empiris menunjukkan bahwa ekonomi yang terbuka dan kompetitif justru lebih efektif dalam menciptakan kemakmuran jangka panjang.

Pandangan ini sejalan dengan tesis banyak ekonom modern yang menilai bahwa intervensi berlebihan pemerintah seperti pengendalian harga, subsidi besar-besaran, atau pembatasan perdagangan sering kali berujung pada distorsi pasar dan keruntuhan produktivitas. Sementara itu, sistem pasar bebas yang transparan, meskipun tidak sempurna, cenderung mendorong inovasi, efisiensi, dan pemerataan kesempatan ekonomi.

Kontras antara Polandia dan Venezuela kini menjadi simbol global tentang arah kebijakan ekonomi: apakah kesejahteraan lahir dari kebebasan pasar, atau dari kontrol pemerintah. Jika grafik ini dijadikan pelajaran, dunia tampaknya semakin condong pada satu kesimpulan: kapitalisme, meskipun tidak tanpa cacat, masih menjadi mesin paling efektif untuk mengangkat manusia keluar dari kemiskinan.

Afditya Imam