Tips Ngehindarin Saham yang Mahal: Biar Gak Salah Masuk di Puncak

Last modified date

Di dunia saham, salah satu kesalahan klasik investor pemula adalah beli saham yang terlalu mahal.
Kelihatannya keren, harga naik terus, banyak yang ngomongin… eh, ternyata lo beli di puncak. Gak lama, harganya koreksi dan… nyangkut 🥲

Supaya gak kejadian sama lo, nih gue kasih beberapa tips simpel buat ngehindarin saham yang udah kemahalan alias overvalued.


1. Cek PER (Price to Earnings Ratio)

PER = Harga saham ÷ Laba bersih per saham (EPS)

🔍 Semakin tinggi PER, semakin mahal valuasi saham tersebut dibanding labanya.

Bandingin PER saham yang lo incar dengan:

  • Rata-rata PER sektornya (misal: sektor bank, tambang, consumer goods)
  • PER historis perusahaan itu sendiri

⚠️ Kalau PER-nya jauh lebih tinggi dari rata-rata, hati-hati… bisa jadi saham itu lagi overpriced.


2. Lihat PBV (Price to Book Value)

PBV = Harga saham ÷ Nilai buku per saham (book value)

Untuk perusahaan aset-berat seperti perbankan atau properti, PBV penting banget.

✅ PBV < 1 → biasanya undervalued
❌ PBV > 3 → perlu dicurigai, kecuali perusahaan punya pertumbuhan super cepat


3. Bandingin Harga dengan Nilai Intrinsik

Lo bisa pakai metode sederhana seperti Discounted Cash Flow (DCF) atau rumus lain buat ngitung nilai intrinsik saham.
Kalau harga pasar jauh di atas nilai wajarnya, artinya saham itu kemahalan.

Kata Warren Buffett:

“Price is what you pay. Value is what you get.”


4. Hindari Saham yang Naik Karena FOMO atau Sentimen Doang

Kalau lo lihat saham naik drastis gara-gara rumor, berita viral, atau influencer saham, jangan langsung ikut beli.
Sentimen itu cepat hilang.

Tanya diri sendiri:

“Naik karena fundamental, atau cuma gorengan?”

Kalau gak ada alasan logis dan laporan keuangan gak mendukung, better skip dulu.


5. Lihat Grafik, Tapi Jangan Jadi Hamba Grafik

Analisis teknikal bisa bantu lo lihat apakah saham udah terlalu tinggi.
Beberapa tanda saham udah mahal:

  • Harga udah jauh dari moving average-nya
  • RSI > 70 (overbought)
  • Volume naik tapi gak diikuti fundamental yang mendukung

6. Tunggu Koreksi, Jangan Takut Kehilangan Kereta

Banyak saham bagus yang harganya sempat tinggi, tapi akhirnya koreksi juga.
Sabar dan punya watchlist itu penting.
Daripada FOMO masuk di pucuk, mending tunggu momen harga wajar.


Penutup:

“Gak semua saham yang harganya tinggi itu mahal, dan gak semua yang murah itu layak dibeli.”

Yang penting bukan harga nominalnya, tapi value-nya.
Selalu pastikan lo beli saham karena alasan yang jelas, bukan karena ikut-ikutan.

Afditya Imam