CIRI SAHAM MAHAL
Saham dianggap mahal jika harganya lebih tinggi dibandingkan dengan nilai intrinsiknya atau dibandingkan dengan saham sejenis dalam industri yang sama. Namun, mahalnya saham tidak selalu ditentukan oleh harga nominalnya (misalnya Rp1.000, Rp10.000, atau lebih), melainkan oleh valuasi dan kondisi pasar. Berikut adalah ciri-ciri saham yang mahal:
1. Valuasi Tinggi Dibandingkan Fundamental
-
PER (Price to Earnings Ratio) Tinggi
Saham dikatakan mahal jika rasio harga terhadap laba bersihnya jauh di atas rata-rata industri.
Contoh:
Jika rata-rata PER sektor adalah 15, tetapi saham tertentu memiliki PER 50, maka saham tersebut bisa dianggap mahal. -
PBV (Price to Book Value) Tinggi
PBV mengukur harga saham terhadap nilai buku perusahaan. Saham dengan PBV jauh di atas 1 kali lipat (misalnya, >5) sering dianggap mahal, kecuali jika ada alasan khusus seperti prospek pertumbuhan yang sangat tinggi. -
EPS (Earnings Per Share) Rendah
Jika laba per saham kecil sementara harga sahamnya tinggi, ini menunjukkan saham tersebut mahal dibandingkan dengan kemampuannya menghasilkan keuntungan.
2. Harga Melebihi Nilai Intrinsik
- Saham dianggap mahal jika harganya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai wajar (intrinsik) yang dihitung berdasarkan analisis fundamental, seperti discounted cash flow (DCF), nilai aset, atau proyeksi laba masa depan.
Contoh:
Jika nilai intrinsik saham adalah Rp1.000, tetapi diperdagangkan di Rp2.000, saham tersebut mungkin mahal.
3. Overvaluasi dalam Industri
- Saham dengan valuasi jauh lebih tinggi dibandingkan kompetitor dalam industri yang sama sering kali dianggap mahal, terutama jika tidak didukung oleh keunggulan kompetitif atau pertumbuhan yang signifikan.
Contoh:
Dua perusahaan di sektor perbankan memiliki kinerja serupa, tetapi salah satu diperdagangkan dengan PBV 3, sementara lainnya PBV 1. Saham dengan PBV 3 lebih mahal secara relatif.
4. Pertumbuhan Laba Tidak Sesuai dengan Harga
- Jika harga saham naik terlalu cepat tanpa diiringi oleh pertumbuhan laba bersih atau pendapatan, ini menunjukkan saham tersebut overvalued.
Contoh:
Saham teknologi sering mengalami kenaikan harga yang signifikan karena hype, tetapi jika perusahaan tidak menghasilkan keuntungan yang sebanding, saham tersebut dianggap mahal.
5. Permintaan Pasar yang Berlebihan (Bubble Market)
- Harga saham bisa menjadi mahal karena euforia pasar atau spekulasi berlebihan (hype), tanpa dasar fundamental yang kuat.
Contoh:
Saham “gorengan” sering kali mengalami kenaikan harga tajam akibat permainan bandar, meskipun kondisi perusahaan tidak mendukung.
6. Dividen Rendah atau Tidak Ada Dividen
- Saham yang memiliki dividend yield rendah atau tidak membayar dividen tetapi diperdagangkan pada harga tinggi sering dianggap mahal, terutama oleh investor yang mencari pendapatan dari dividen.
7. Sentimen Pasar Positif yang Berlebihan
- Saham tertentu bisa menjadi mahal karena terlalu banyak investor optimis, misalnya setelah berita positif tentang prospek industri atau perusahaan. Ini sering kali membuat harga saham tidak mencerminkan realitas kinerja perusahaan.
Contoh Skenario Saham Mahal
-
Saham Teknologi di Bubble Market
Saham-saham teknologi dengan prospek tinggi sering diperdagangkan pada valuasi yang sangat mahal meskipun perusahaan belum menghasilkan keuntungan. -
Saham Blue Chip yang Overbought
Saham unggulan bisa menjadi mahal jika banyak investor yang membeli secara berlebihan, meskipun laba perusahaan hanya tumbuh moderat. -
Saham Gorengan dengan Kenaikan Spekulatif
Saham yang digoreng harganya bisa menjadi sangat mahal karena permainan spekulan, meskipun fundamental perusahaan buruk.
Cara Menghindari Saham Mahal
-
Lakukan Analisis Fundamental
Bandingkan PER, PBV, dan nilai intrinsik saham dengan rata-rata industri atau kompetitor. -
Pantau Rasio Pertumbuhan
Pastikan harga saham sebanding dengan pertumbuhan laba atau pendapatan. -
Cek Sentimen Pasar
Hindari saham yang naik hanya karena sentimen atau spekulasi tanpa dukungan fundamental. -
Gunakan Margin of Safety
Beli saham di bawah nilai wajar untuk meminimalkan risiko kerugian.
Kesimpulan
Saham yang mahal bukan hanya masalah harga nominal yang tinggi, tetapi juga apakah harganya wajar dibandingkan dengan kinerja, valuasi, dan prospek bisnis perusahaan. Saham mahal cenderung membawa risiko lebih tinggi, terutama jika tidak ada justifikasi pertumbuhan yang mendukung harganya. Pastikan selalu melakukan analisis mendalam sebelum berinvestasi.