Chamath Palihapitiya: Akhir Era Private Equity dan Lahirnya Model Baru Pasar Modal

Last modified date

Chamath Palihapitiya adalah salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia investasi modern. Lahir di Sri Lanka dan besar di Kanada, ia dikenal sebagai mantan eksekutif Facebook, pendiri perusahaan investasi Social Capital, serta pelopor tren SPAC atau Special Purpose Acquisition Company di Wall Street. Dengan kekayaan lebih dari 1,5 miliar dolar AS, Chamath telah berinvestasi di berbagai perusahaan besar seperti Slack, Virgin Galactic, dan Bitcoin. Reputasinya sebagai investor yang berani mengambil risiko dan berpikir di luar kebiasaan membuat pandangannya selalu diperhatikan oleh dunia keuangan global.

Dalam salah satu podcastnya, Chamath menggambarkan bahwa sistem investasi global saat ini sedang tidak sehat. Menurutnya, ada tiga masalah besar yang sedang terjadi: Private Equity sedang menuju kehancuran, Private Credit sedang membentuk gelembung baru, dan sistem IPO atau Initial Public Offering sudah tidak efisien. Karena itu, ia sedang mengembangkan model SPAC versi baru yang diyakininya bisa menjadi solusi bagi perusahaan untuk masuk ke pasar modal dengan cara yang lebih adil.

Chamath menjelaskan bahwa industri Private Equity yang kini bernilai sekitar 5 triliun dolar AS telah berkembang terlalu cepat dan tidak seimbang. Sektor ini tumbuh besar setelah krisis keuangan tahun 2008, ketika suku bunga ditekan hingga mendekati nol. Saat itu, investor besar seperti dana pensiun tidak lagi mendapatkan hasil menarik dari obligasi, sehingga mereka mencari alternatif investasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi. Private Equity menjadi pilihan populer karena mereka bisa meminjam uang murah untuk membeli perusahaan, memperbaikinya, dan menjualnya kembali dengan keuntungan besar.

Namun kesuksesan awal itu justru menarik banyak pemain baru yang kurang berpengalaman. Uang yang masuk terlalu banyak membuat persaingan membeli perusahaan menjadi tidak sehat. Banyak perusahaan dibeli dengan harga terlalu mahal, sehingga peluang untuk mendapatkan keuntungan semakin kecil. Chamath menilai bahwa metrik seperti IRR atau Internal Rate of Return sering menyesatkan karena hanya menunjukkan angka di atas kertas, sementara yang sebenarnya penting adalah DPI atau Distributions on Paid-in Capital, yaitu berapa banyak uang tunai yang benar-benar sudah dikembalikan ke investor. Menurutnya, angka DPI di industri PE dalam beberapa tahun terakhir sangat rendah, tanda bahwa uang investor banyak yang belum kembali.

Masalah berikutnya muncul ketika uang mulai keluar dari sektor Private Equity dan mengalir ke Private Credit. Private Credit adalah bisnis di mana perusahaan non-bank memberikan pinjaman langsung kepada bisnis lain. Awalnya, sektor ini dianggap lebih aman karena memberikan bunga tetap tanpa harus membeli perusahaan. Namun sekarang pertumbuhannya melonjak sangat cepat, menunjukkan pola grafik yang mirip seperti “tongkat hoki”, tanda klasik bahwa gelembung baru sedang terbentuk. Chamath memperingatkan bahwa uang hanya berpindah dari satu gelembung ke gelembung lainnya, dan situasi ini bisa berujung pada krisis baru jika tidak dikendalikan.

Selain itu, Chamath juga menyoroti kerusakan di pasar IPO. Menurutnya, proses IPO tradisional mahal dan tidak adil. Bank investasi mengambil biaya besar, biasanya sekitar 6 hingga 8 persen, lalu sering kali menetapkan harga saham lebih rendah agar klien besar mereka bisa membeli di awal dan menjual dengan cepat untuk keuntungan instan. Akibatnya, perusahaan yang baru go public justru dirugikan, sementara investor kecil tertinggal. Alternatif seperti direct listing pun bukan solusi, karena harga saham biasanya langsung memuncak di hari pertama perdagangan dan kemudian turun terus.

Melihat situasi itu, Chamath memperkenalkan model SPAC yang diperbarui. Pada generasi pertama SPAC atau SPAC 1.0, banyak sponsor mendapatkan keuntungan besar di awal tanpa peduli pada hasil jangka panjang. Karena itu, Chamath menciptakan SPAC 2.0, di mana sponsor baru mendapat imbalan jika perusahaan hasil merger benar-benar berhasil dan sahamnya naik dalam jangka panjang. Dengan begitu, sponsor, perusahaan, dan investor memiliki kepentingan yang sama.

Chamath juga memperkenalkan visi berikutnya, SPAC 3.0 atau Raptor 3, yang disebutnya sebagai IPO yang sudah matang sejak awal. Dalam model ini, sponsor akan mengumpulkan dana besar di awal, misalnya dua hingga tiga miliar dolar, yang siap digunakan begitu ada perusahaan target berkualitas. Proses merger bisa berlangsung cepat tanpa risiko investor menarik dana di tengah jalan, memberikan kepastian bagi perusahaan dan menurunkan biaya modal secara signifikan.

Bagi Chamath, semua ini menunjukkan bahwa dunia investasi sedang mengalami pergeseran besar. Private Equity dan Private Credit hanyalah sisa dari era uang murah yang sudah berakhir. Pasar kini memerlukan sistem yang lebih transparan, efisien, dan adil. SPAC yang dirancang dengan insentif yang benar bisa menjadi jembatan baru antara perusahaan hebat dan publik tanpa harus bergantung pada permainan bank besar. Ia menutup pandangannya dengan satu pesan penting: ketika grafik investasi naik tajam seperti tongkat hoki, itu bukan tanda kesuksesan, melainkan peringatan bahwa pasar sedang berdiri di tepi gelembung.

Afditya Imam