APA ITU SAHAM LAPIS KEDUA

Last modified date


Saham-saham lapis kedua, juga dikenal sebagai saham mid-cap, mengacu pada saham-saham perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar menengah.

Saham-saham ini berada di antara saham-saham blue chip (kapitalisasi pasar besar) dan saham-saham small-cap (kapitalisasi pasar kecil).

Istilah “lapis kedua” mengindikasikan posisi relatif saham tersebut dalam hal ukuran dan profil risiko.

Berikut adalah beberapa karakteristik umum saham-saham lapis kedua:

  1. Kapitalisasi pasar menengah: Saham-saham lapis kedua biasanya berasal dari perusahaan dengan kapitalisasi pasar menengah. Mereka memiliki nilai total saham perusahaan yang beredar di pasar yang lebih kecil dibandingkan dengan saham-saham blue chip.
  2. Potensi pertumbuhan: Perusahaan yang mewakili saham-saham lapis kedua seringkali berada dalam tahap pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan blue chip yang telah mapan. Mereka mungkin memiliki peluang pertumbuhan yang menarik dalam industri mereka.
  3. Risiko relatif: Saham-saham lapis kedua cenderung memiliki profil risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan saham-saham blue chip. Karena perusahaan-perusahaan tersebut masih dalam tahap perkembangan, mereka mungkin menghadapi tantangan dalam hal keuangan, operasional, dan persaingan.
  4. Likuiditas: Likuiditas saham-saham lapis kedua bisa bervariasi. Beberapa saham mungkin memiliki tingkat likuiditas yang baik, sementara yang lain mungkin memiliki likuiditas yang lebih rendah. Penting bagi investor untuk memperhatikan likuiditas saham saat mempertimbangkan investasi.
  5. Potensi keuntungan: Saham-saham lapis kedua dapat menawarkan potensi keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan saham-saham blue chip, terutama jika perusahaan berhasil tumbuh dan mencapai kesuksesan lebih lanjut. Namun, potensi keuntungan yang lebih besar juga berarti risiko yang lebih tinggi.

Investasi dalam saham-saham lapis kedua dapat menjadi pilihan yang menarik bagi investor yang mencari pertumbuhan dan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan saham-saham blue chip yang mapan.

Namun, karena risiko yang terkait dengan saham-saham lapis kedua, penting bagi investor untuk melakukan analisis menyeluruh tentang perusahaan, industri, dan tren pasar sebelum membuat keputusan investasi.

Afditya Imam