Saham Apple Kian Anjlok di Tengah Peluncuran iPhone 14 Pro, Pendapatan Turun
Produk Apple mengalami penurunan penjualan sebesar 5%, di mana perusahaan mencatat pendapatan USD117,2 miliar atau Rp1.771,4 triliun pada kuartal terakhir tahun 2022.
Angka tersebut adalah penurunan terbesar sejak 2019 dan lebih buruk dari yang diperkirakan.
Penurunan penjualan tersebut mempengaruhi saham yang menyusul turun 3,7% dan memukul laba perusahaan yang juga turun 13% menjadi USD30 miliar.
Melansir BBC, Apple mengatakan penurunan penjualan ini terjadi di seluruh dunia dan melanda sebagian besar produknya. CEO Apple, Tim Cook, menilai angka penjualan yang merosot tersebut disebabkan oleh tiga hal.
Pertama, kurangnya pasokan akibat gangguan Covid di China. Pabrik Foxconn di Zhengzhou, China, menjadi lokasi produksi perangkat iPhone 14 Pro dan Pro Max — model dengan harga premium yang membantu mendorong margin Apple lebih tinggi.
Terlebih, pabrik Foxconn di Shenzen, China, juga sempat berhenti beroperasi saat kebijakan lockdown di negara tersebut diterapkan tahun lalu.
Imbas melambatnya produksi iPhone 14 dan model kuat lainnya, penjualan iPhone popular ini turun USD65,8 miliar atau 8% dari tahun sebelumya. Penjualan computer Mac juga turun hingga 29%.
Kedua, menguatnya Dolar Amerika Serikat juga merugikan Apple.
Apple memperingatkan investor bahwa masalah valuta asing ini akan menghambat penjualan sebesar 10%.
Ketiga, perang Ukraina dan pandemi Covid-19 yang turut melemahkan ekonomi global. Konsumen yang tertekan oleh meningkatnya biaya hidup mengurangi pembelian mereka.
Menurut firma analisis pasar, Canalys, secara global jumlah smartphone yang didistribusikan turun 12% tahun lalu. Cook menyebutkan perusahaannya sedang menavigasi lingkungan yang menantang.
“Saat dunia terus menghadapi keadaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, kami tahu Apple tidak kebal terhadapnya,” kata Cook.
CEO dan Analist Creative Strategies, Ben Bajarin, menilai Apple masih merasa permintaannya akan lemah.
“Tetapi mereka telah memperbaiki produksi, yang berarti bahwa jika permintaan naik secara tak terduga, mereka dapat meningkatkan untuk memenuhinya,” ujarnya.