Benarkah Siklus 4 Tahun Bitcoin akan Berulang
Pasar kripto global tengah menjadi sorotan setelah Hunter Horsley, seorang analis dan pengamat terkemuka di industri ini, mengemukakan pandangan provokatif tentang masa depan Bitcoin.
Horsley, yang menjabat sebagai CEO Bitwise Asset Management dan dikenal sebagai pendiri firma tersebut yang kini mengelola aset lebih dari $15 miliar, memiliki latar belakang sebagai mantan manajer produk di Facebook dan Instagram serta lulusan Wharton School, University of Pennsylvania.
Dalam analisisnya, ia memprediksi bahwa siklus 4 tahunan Bitcoin yang selama ini menjadi panduan utama bagi investor mungkin sudah kehilangan relevansinya akibat perubahan drastis dalam dinamika pasar, termasuk adopsi institusional dan dukungan kebijakan baru di Amerika Serikat.
Tulisannya langsung memicu perdebatan sengit di kalangan komunitas kripto.
Siklus Lama Diuji oleh Perilaku Investor
Sejak lama, harga Bitcoin dikenal mengikuti pola siklus 4 tahunan yang terkait dengan event “halving.” Event ini terjadi setiap empat tahun sekali, di mana jumlah Bitcoin baru yang dihasilkan oleh jaringan berkurang setengah, biasanya memicu kenaikan harga diikuti oleh koreksi tajam.
Berdasarkan pola ini, banyak investor meyakini bahwa tahun 2026 akan menjadi periode penurunan, sehingga mereka mulai mengantisipasi dengan menjual aset mereka di tahun 2025 untuk menghindari kerugian.
Namun, Horsley memiliki sudut pandang berbeda. Ia berargumen bahwa aksi jual massal ini justru akan menciptakan pasar bearish (turun) di 2025, yang pada akhirnya akan menghancurkan siklus 4 tahunan itu sendiri.
“Ketika semua orang mencoba menghindari penurunan, mereka malah membuat penurunan itu terjadi lebih cepat,” tulisnya. Lebih lanjut, ia optimistis bahwa tahun 2026 bisa menjadi waktu kebangkitan besar bagi Bitcoin, membuka peluang kenaikan yang signifikan.
Grafik Ungkap Perubahan Pasar
Untuk mendukung argumennya, Horsley melampirkan grafik yang menunjukkan tren menurun dalam keuntungan tahunan Bitcoin seiring dengan perkembangan pasar.

Pada masa awal, seperti tahun 2013, Bitcoin pernah mencatatkan lonjakan luar biasa lebih dari 5.000% dalam setahun. Namun, di fase “mainstream” saat ini yang ditandai dengan peluncuran ETF Bitcoin pada 2024 dan masuknya investor institusional kenaikan tahun ini hanya sekitar 14% sejak Januari.
Perubahan ini, menurut Horsley, mencerminkan transformasi pasar akibat adopsi luas dan peran baru dari institusi keuangan besar, yang mulai mengintegrasikan Bitcoin ke dalam portofolio mereka. “Ini bukan lagi pasar spekulatif yang didominasi retail; ini pasar yang lebih matang dengan pemain baru,” ujarnya.
Harga Saat Ini dan Prospek Jangka Panjang
Per 16 November 2025, harga Bitcoin tercatat sekitar $95.770, dengan kenaikan 2,6% sejak awal tahun setelah mencapai puncak $101.500 pada 2024. Meskipun kinerja tahun ini terlihat lesu, Horsley melihat ini sebagai tanda bahwa pasar mungkin sedang berada dalam fase bearish selama hampir 6 bulan.
Namun, ia menegaskan bahwa situasi ini justru menciptakan fondasi yang lebih kuat untuk pertumbuhan jangka panjang. Dukungan kebijakan pro-kripto dari pemerintahan baru di AS, ditambah masuknya dana institusional melalui ETF, diyakini akan mendorong Bitcoin ke level yang lebih tinggi di masa depan, terlepas dari siklus tradisional.
Reaksi Komunitas Kripto
Beberapa analis setuju bahwa siklus 4 tahunan telah menjadi “ramalan yang terlalu jelas,” sehingga membuat pola itu sendiri rusak karena semua orang mencoba memanfaatkannya.
Shanaka Anslem Perera, menambahkan bahwa aksi jual berlebihan di 2025 bisa menjadi peluang emas bagi investor yang sabar. “Pasar sedang memuat ‘pegas’ untuk kenaikan asimetris di 2026 setelah penjual kehabisan tenaga,” katanya.
Implikasi bagi Investor dan Pasar Global
Perubahan ini memiliki implikasi besar bagi investor kripto. Jika siklus 4 tahunan benar-benar hilang, strategi tradisional seperti menunggu event halving untuk membeli atau menjual mungkin tidak lagi efektif.
Para ahli menyarankan untuk beralih ke analisis tren jangka pendek dan memantau faktor makro seperti kebijakan Federal Reserve, inflasi, dan korelasi dengan pasar saham. Selain itu, masuknya institusi juga meningkatkan likuiditas pasar, tetapi juga membawa risiko volatilitas baru akibat strategi perdagangan berbasis algoritma.
Data dari sumber web seperti TradingView dan OKX menunjukkan bahwa pergeseran dari trader retail ke investor institusional memang sedang mengubah lanskap Bitcoin. Peluncuran ETF Bitcoin pada 2024, misalnya, telah meningkatkan partisipasi manajer aset besar, yang kini menjadi pemain utama di sisi beli, sementara hedge fund mendominasi sisi jual.
Studi dari ScienceDirect juga mencatat bahwa meskipun ada gangguan jangka pendek pada efisiensi harga setelah ETF diluncurkan, pasar futures Bitcoin kembali stabil dalam jangka panjang.
Pandangan ke Depan
Horsley menutup argumennya dengan nada optimistis, menyatakan bahwa meskipun pasar sedang menjalani periode penyesuaian, potensi Bitcoin tetap besar. “Tahun 2026 bisa menjadi musim terbuka untuk kenaikan yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” katanya, mengajak investor untuk bersiap menghadapi perubahan paradigma.
Sementara itu, komunitas kripto terus memperdebatkan apakah prediksi ini akan terbukti atau hanya menjadi harapan semu. Satu hal yang pasti, mata dunia akan tertuju pada pergerakan Bitcoin di bulan-bulan mendatang untuk melihat apakah era baru benar-benar dimulai.
