Saham Udah Ketinggian? Ini Tanda-Tandanya Biar Gak Nyangkut!

Last modified date

Buat lo yang udah lama di dunia saham (atau baru nyemplung juga gak apa), pasti sering denger istilah “jangan beli saham yang udah mahal!” Tapi… mahal itu sebenernya gimana sih? Apakah karena harganya 1.000 perak? 10.000? Atau karena sahamnya lagi hype banget di TikTok?

Nah, biar gak cuma ngikutin FOMO, yuk kita bahas ciri-ciri saham yang harganya udah tinggi alias “mahal secara valuasi”, bukan cuma karena angkanya doang.


1. Price to Earning Ratio (PER) Udah Kelewat Langit

PER itu kayak cara ngeliat berapa kali lipat harga saham dibandingin sama untung bersih per lembar sahamnya.
Biasanya, makin tinggi PER, makin mahal secara valuasi.

📌 Contoh:
Kalau rata-rata PER sektor perbankan 12x, tapi ada saham bank kecil dengan PER 45x, itu udah tanda tanya besar. Worth it gak tuh?


2. Price to Book Value (PBV) Tembus Awan

PBV ngebandingin harga saham dengan nilai buku perusahaan. Kalau angkanya udah di atas 3x atau bahkan 5x, tapi gak didukung fundamental kuat, bisa jadi itu saham udah overpriced.

⚠️ Apalagi kalau perusahaan masih rugi, tapi PBV-nya tinggi, hmm… hati-hati bro!


3. Naiknya Gak Masuk Akal

Kalau dalam waktu singkat (misal 1-2 minggu) harga saham naik 50-100% tanpa berita positif yang relevan, bisa jadi itu cuma euforia pasar. Dan biasanya, abis euforia? Ya tahu sendirilah: koreksi dalam 🙃


4. Hype Lebih Banyak dari Data

Saham yang muncul terus di medsos, grup WA, sampai video “saham to the moon!” tapi gak ada kinerja atau fundamental yang ngedukung, mending pikir dua kali deh. Bisa jadi itu saham “mahal karena gosip”.


5. Bandar Udah Mulai Cabut (Volume Turun, Tapi Harga Masih Tinggi)

Salah satu tanda saham udah kejauhan harganya adalah ketika volume transaksi mulai sepi, tapi harga tetap bertahan tinggi. Itu tandanya permintaan udah mulai lemah.

💡 Ingat: harga bisa naik karena banyak yang beli, tapi bisa jatuh secepat itu kalau semua mulai jualan bareng.


Jadi, Saham Mahal Itu Bukan Karena Angkanya Tinggi

Saham seharga Rp 50 bisa aja mahal, dan saham Rp 10.000 bisa aja murah — tergantung dari valuasi, kinerja, dan prospeknya.

Tips dari kita:
Sebelum beli saham, cek dulu PER, PBV, growth, dan kondisi pasar. Jangan asal ikut-ikutan. Karena kalau nyangkut, yang rugi bukan influencer, tapi lo sendiri.


Afditya Imam