π Saham IPO: Mana yang Layak Dibeli dan Mana yang Mending Skip?
Saham IPO (Initial Public Offering) emang selalu bikin penasaran. Soalnya, siapa sih yang nggak kepo sama saham yang baru debut di bursa? Tapi ingat, nggak semua saham IPO layak buat dikoleksi.
Ada yang potensial jadi bintang, ada juga yang cuma numpang lewat di euforia doang. Nah, biar lo nggak FOMO buta, nih gue kasih ciri-ciri saham IPO yang layak dan nggak layak dibeli π
β Ciri-ciri Saham IPO yang Layak Dibeli
-
Fundamental Emiten Kuat
Cek laporan keuangan terakhir sebelum IPO. Perhatikan:- Revenue (pendapatan) naik tiap tahun π
- Laba bersih konsisten dan bukan hasil sulapan
- Utangnya terkendali, Debt to Equity Ratio (DER) < 1 itu cakep!
-
Sektor Bisnisnya Prospektif
Kalau perusahaannya bergerak di sektor yang lagi naik daun atau punya masa depan cerah (kayak teknologi, logistik, kesehatan, energi hijau), itu sinyal positif. Jangan pilih yang bisnisnya sunset atau stagnan. -
Dipakai Buat Ekspansi, Bukan Bayar Utang
Uang hasil IPO bakal dipakai buat apa? Kalau jawabannya buat ekspansi bisnis, bangun pabrik, tambah jaringan, atau riset produk, itu oke banget. Tapi kalau mayoritas buat bayar utang? π Think twice. -
Valuasi Masuk Akal
Cek valuasinya, misal pakai Price to Earnings Ratio (PER). Kalau PER-nya kelewat tinggi dibanding kompetitor di sektor yang sama, bisa jadi sahamnya overvalued alias kemahalan. -
Dukungan Underwriter Bonafid
Perusahaan sekuritas yang jadi penjamin emisi (underwriter)-nya siapa? Kalau yang support perusahaan sekuritas papan atas dan punya track record IPO sukses sebelumnya, itu pertanda positif.
β Ciri-ciri Saham IPO yang Mending Dilewatin
-
Gak Jelas Usahanya
Kalau baca prospektus malah bikin lo bingung ini perusahaan jualan apa, atau model bisnisnya ribet, skip aja. Jangan beli sesuatu yang lo sendiri nggak paham. -
Track Record Keuangan Zonk
- Laba rugi gak konsisten
- Banyak utang
-
Margin tipis banget
Perusahaan baru tapi keuangannya udah ngos-ngosan? Red flag besar.
-
Harga Naik Drastis Tanpa Alasan
Baru IPO langsung ARA (auto reject atas) 3-5 hari berturut-turut tanpa berita atau sentimen jelas, bisa jadi cuma euforia sesaat. Hati-hati nyangkut pas harga mulai normal lagi. -
Owner Banyak Jual Saham
Kalau pemegang saham mayoritas malah jualan (divest) setelah IPO, itu tanda mereka mungkin nggak terlalu yakin sama masa depan perusahaan. Padahal yang ideal tuh mereka nambah porsi, bukan kabur. -
Minim Keterbukaan
Kalau prospektusnya gak lengkap, info keuangan minim, atau nggak transparan soal risiko usahaβnggak usah mikir dua kali. Bye!
π― Kesimpulan: Jangan Beli Cuma Karena “Baru”
Saham IPO itu bukan selalu berarti “kesempatan emas”. Emang sih, banyak yang naik tajam di awal, tapi banyak juga yang jeblok nggak karuan. Jadi, sebelum beli, riset dulu. Jangan cuma karena rame di medsos, lo langsung ikut beli.
Ingat, di dunia saham: yang cuan itu bukan yang cepat, tapi yang cermat. π