Jebakan Psikologis Investor Saham di Pasar Modal Indonesia

Last modified date



Kadang yang bikin rugi bukan market, tapi isi kepala kita sendiri.

Investasi saham bukan cuma soal angka dan chart—tapi juga soal mental dan emosi. Banyak investor, terutama yang baru nyemplung, justru kalah bukan karena salah hitung, tapi karena terjebak dalam jebakan psikologis yang sering nggak disadari.

Yuk kita bahas jebakan mental paling umum yang bikin cuan gagal maksimal (atau malah nyungsep total)!


1. FOMO (Fear of Missing Out)

Ini penyakit sejuta umat. Lihat saham rame, trending, katanya mau terbang, langsung gas. Padahal belum paham fundamental atau valuasi. Akhirnya? Beli di pucuk, jual di dasar. 😭

“Lain kali nggak FOMO lagi…” —ucapan yang selalu diingkari.


2. Overconfidence Setelah Cuan Sekali

Baru sekali beli terus cuan, langsung merasa jago. Langsung all-in ke saham lain tanpa analisa. Nggak belajar dari proses, cuma berharap keberuntungan datang dua kali. Ending-nya? Cuan ilang, mental down.


3. Loss Aversion (Tolak Rugi Sampai Mati)

Nyangkut? Nggak mau jual karena “rugi belum jadi rugi kalau belum dijual”. Padahal seharusnya cut loss dan alihkan ke saham yang lebih sehat. Akibatnya, saham jelek disimpan berbulan-bulan tanpa harapan.


4. Anchoring Bias

Kita sering terpaku pada harga masa lalu.

“Dulu saham ini pernah Rp3000, sekarang Rp1000, pasti bakal naik lagi dong.”
Padahal belum tentu. Bisa aja dulu overvalued, sekarang udah kembali ke harga wajar atau malah terus turun karena kinerjanya buruk.


5. Confirmation Bias

Cuma cari info yang mendukung keyakinan sendiri. Kalau udah suka sama satu saham, semua berita negatif diabaikan, semua berita positif dijadikan pembenaran. Padahal seharusnya, investor itu skeptis dan objektif.


6. Mental Judi: Untung Untungan

Beli saham bukan karena analisa, tapi karena perasaan. Atau berharap “semoga besok naik”. Ini bukan investasi, tapi lebih mirip lotre. Parahnya, banyak yang ketagihan, apalagi kalau sekali-sekali dapet cuan hoki.


🎯 Solusinya Gimana?

  • Selalu punya trading/investing plan.
  • Buat jurnal transaksi biar bisa evaluasi keputusan.
  • Belajar analisa teknikal & fundamental, jangan asal feeling.
  • Jaga emosi, karena market itu naik-turun — bukan naik terus.
  • Jangan solo karier, belajar dari komunitas dan mentor yang objektif.

📌 Kesimpulan:
Musuh terbesarmu di pasar modal bukan bandar, bukan investor asing, tapi dirimu sendiri. Kalau bisa ngalahin ego, sabar saat panik, dan disiplin sama strategi, maka kamu udah selangkah lebih dekat ke cuan yang konsisten.


🧩 Ingat: Investasi saham itu 20% analisa, 80% mental.
Jadi, selain belajar baca laporan keuangan, jangan lupa latih juga kesehatan psikologismu di market.

Afditya Imam