Jam tangan+hoodie seharga mobil mewakili apa?
Video yang membahas soal outfit segerombolan anak hype tempo hari memang bikin hebring. Orang-orang terperangah ketika mengetahui harga topi atau hoodie bisa mencapai 4-6 jutaan, bahkan arloji hingga 200 juta. Akhirnya tak sedikit yang menghujat video tersebut.
Tapi bagaimana pun juga, mereka itu patut diapresiasi. Ada beberapa hal.
Yang pertama, mereka sukses tampil sebagai penanda bahwa perekonomian kita sedang bertumbuh ke arah positif. Mereka berhasil menyingkirkan pesimisme para pakar dan ekonom. Daya konsumsi yang mereka perlihatkan sesungguhnya adalah salah satu indikator pertumbuhan ekonomi. Daya beli meningkat, ekonomi tumbuh pesat — meroket, pemerintah berhasil.
Mereka telah benar-benar menjadi garda paling depan dalam mempromosikan kerja pemerintah. Mereka kasih bukti nyata.
Yang kedua, memangnya salah kalau mereka pakai jam tangan senilai 200 juta? Ada harga, ada kualitas bung. Arloji ratusan juta itu konon kabarnya terbuat dari material tahan karat. Termasuk fitur ketahanan hingga kedalaman 100 meter di dalam laut. Barangkali spesifikasi ini yang mereka butuhkan ketika asik membuat vlog yang peace-love-and-gaul waktu nyelam ke dalam perairan Raja Ampat, Wakatobi, Umbul Ponggok di Klaten.
Yang ketiga, pola konsumsi mereka telah berkontribusi besar untuk sektor perbankan. Semakin sering mereka belanja, semakin intens penggunaan fasilitas kredit bank, maka akan semakin berputar dana. Lagi-lagi perekonomian jalan toh? Kenapa begitu?
Saya pernah menemani seorang teman masuk ke dalam sebuah toko arloji mewah di salah satu mall ibukota. Raut muka saya seketika pucat ketika mendengar harga arloji yang sedang ditimang-timang oleh si teman. 175 juta, nyaris seharga Avanza Veloz kereta kuda kebanggaan keluarga kecil saya yang nyicilnya aje udeh ngos-ngosan senen kemis.
Tapi tak demikian halnya dengan si teman. Dengan elegan dan santai, ia memacak jam tangan tersebut, dan manggut-manggut cantik ketika dijelaskan soal fasilitas kredit cicilan 12 bulan oleh sang pramuniaga.
Saya sempat ingin bertanya kepada sang pramuniaga, apakah jam tangan tersebut tidak akan pecah belah ketika jatuh ke lantai. Tapi mengingat bahwa saat itu saya sedang mengenakan kemeja M2 hasil berburu End of Season Sale, celana jins Levis (kw tentu) senilai 150 ribu, jam tangan alexander katanya christie dan sepatu converse diskonan, maka saya urung bertanya.
Yang keempat, video viral tersebut kembali mengingatkan kita bahwa ada PR yang harus diselesaikan. Yakni menghadapi jurang polarisasi yang semakin ngetrend di kalangan masyarakat kita.
Lalu ada di mana kita sekarang?
Kalau kamu masih suka mencet-mencet odol hingga penyet supaya sisa-sisa pasta gigi masih bisa digunakan,
kalau kamu suka campur sampo dengan air di tetes-tetes penghabisan,
dan kalau kamu sudah ambil beberapa buku ketika mampir ke toko buku langganan tapi lalu dikembalikan semuanya ke rak karena baru ingat bahwa sekarang masih awal bulan sementara gaji tinggal sekian untuk seminggu makan,
ya udah yuuk…..gabung sama saya di pojokan.
Kita tonton lalu replay, lalu tonton lagi, lalu replay lagi video itu sambil cekikikan. Siapin tissue, kalau-kalau kebablasan menangys…
Contributed by: Rulli Rachman, Entrepreneur