Mengenal Karakter Investor Retail di Pasar Modal Indonesia: Antara Cuan dan Kepanikan

Last modified date

Di balik naik-turunnya IHSG, ada satu kelompok yang makin berisik dan aktif: investor retail. Mereka bukan manajer investasi gede, bukan institusi luar negeri, tapi individu kayak kamu dan aku—yang trading via HP sambil nunggu kopi atau scrolling TikTok.

Nah, biar makin kenal siapa sebenarnya pasukan retail ini, yuk kita bongkar karakteristik khas mereka di pasar modal Indonesia!


1. Meledak Saat Pandemi

Investor retail Indonesia jadi booming sejak pandemi. Banyak yang gabut di rumah, kena PHK, atau cari tambahan cuan. Aplikasi sekuritas makin gampang diakses, modal makin kecil, dan euforia FOMO meledak. Hasilnya? Jumlah investor ritel meroket dari 1 jutaan jadi belasan juta dalam waktu singkat!

2. Suka yang Viral-Viral

Kalau sahamnya ramai di media sosial, apalagi masuk trending Twitter atau TikTok, pasti banyak yang buru-buru masuk. Fenomena kayak $BBCA, $GOTO, bahkan saham-saham gorengan, sering banget diborong cuma karena “katanya bakal naik”. Padahal, belum tentu punya fundamental bagus. Welcome to trading by rumor!

3. Emosional dan Gampang Panik

Pas market merah dikit? Langsung cut loss. Pas hijau dikit? Langsung take profit. Banyak investor retail belum punya trading plan matang. Jadi keputusan beli-jual lebih sering didasari emosi dan perasaan, bukan analisa teknikal atau fundamental.

4. Ngincer Cuan Cepat, Bukan Nilai Jangka Panjang

Mayoritas investor retail di Indonesia lebih condong ke trading daripada investasi jangka panjang. Mentalnya “cepat kaya dari saham”, bukan “membangun aset dalam 10 tahun”. Makanya banyak yang masuk ke saham spekulatif, bukan blue chip.

5. Belajar Otodidak dan Komunitas

Banyak investor ritel belajar dari YouTube, forum saham, influencer finansial, atau grup Telegram. Hal ini bagus sih, karena jadi mandiri. Tapi… kadang juga bikin sesat kalau sumbernya nggak kredibel. Apalagi kalau ikut-ikutan beli saham cuma karena “katanya cuan”.

6. Mulai Melek Fundamental dan Teknikal

Meskipun banyak yang emosional, nggak semua ritel sembarangan. Sekarang mulai banyak juga investor muda yang serius belajar baca laporan keuangan, analisa chart, dan ngerti makroekonomi. Ini sinyal positif buat pasar modal jangka panjang.


🎯 Kesimpulannya:
Investor retail di Indonesia itu unik banget—nggak bisa disamain sama institusi besar. Mereka penuh semangat, cepat belajar, tapi juga rawan terbawa emosi. Ke depannya, makin banyak investor retail yang paham strategi akan bikin pasar kita lebih sehat dan stabil.

Jadi, kamu tim mana?
💹 Tim cuan sabar atau tim FOMO gas pol?

Afditya Imam