Valuasi Saham: Mana yang Masuk Akal dan Mana yang Bikin Ngakak?
Oke, lo udah nemu saham yang katanya βbagusβ, tapi… harganya kok mahal banget ya? Atau sebaliknya, murah banget, tapi kok sepi peminat? π€
Nah, sebelum lo nyemplung lebih dalam, lo wajib kenalan sama yang namanya valuasi saham. Ini semacam cara buat ngukur: harga saham ini wajar nggak sih? Yuk, kita bahas barengβ¦
β Ciri-ciri Valuasi Saham yang Masuk Akal
-
PER-nya Sejalan Sama Sektornya
- PER = Price to Earnings Ratio alias harga dibanding laba bersih per saham.
- Misal: sektor consumer goods rata-rata PER-nya 15x, dan saham A juga sekitar 14-16x β wajar tuh.
- Kalau jauh lebih rendah atau lebih tinggi? Perlu dicari tahu alasannya dulu.
-
PBV-nya Sesuai Aset
- PBV = Price to Book Value alias harga dibanding nilai buku (aset bersih).
- Kalau PBV-nya sekitar 1β2x, itu umumnya masuk akal (tergantung sektornya juga).
- PBV di atas 5x? Hmm, hati-hati, bisa jadi overhype kecuali dia memang perusahaan growth super tinggi.
-
Pertumbuhan Sejalan Sama Harga
- Kalau laba perusahaannya naik terus, wajar dong harga sahamnya ikut naik.
- Tapi kalau harganya naik gila-gilaan, sementara pertumbuhan bisnisnya B aja? Bisa jadi valuasinya udah keburu ngawang βοΈ
-
Ada Bandingannya
- Lo bisa bandingin dengan saham sejenis di sektor yang sama.
- Misalnya, semua saham bank besar punya PER 10β15x, tapi ada satu bank yang PER-nya 40x tanpa alasan jelas? Ya jelas overpriced.
-
Didukung Sentimen & Kinerja
- Valuasi mahal tapi didukung sentimen jangka panjang (misal: transisi energi, AI, green economy) dan kinerja konsisten β masih oke lah.
β Ciri-ciri Valuasi Saham yang Nggak Logis
-
PER Super Tinggi Tanpa Alasan
- Misal: perusahaan rugi, tapi PER-nya bisa tembus 100x atau bahkan nggak terhitung karena laba minus π¬
- Artinya? Harga sahamnya udah nggak mencerminkan performa nyata.
-
PBV Ngawur
- PBV bisa tembus 20x tapi perusahaan asetnya pas-pasan dan margin laba tipis banget? Mending kabur.
-
Naik Karena Euforia Bukan Kinerja
- Banyak saham naik cuma karena βviralβ, bukan karena bisnisnya bagus.
- Contoh: saham yang naik gegara influencer ngomong, padahal nggak ada pertumbuhan real.
-
Perusahaan Belum Untung Tapi Valuasi Udah Setinggi Langit
- Ini sering kejadian di saham-saham IPO. Baru listing, belum jelas cash flow-nya, tapi udah dihargai kayak unicorn.
-
Gak Ada Kejelasan Proyeksi Bisnis
- Harga tinggi sah-sah aja kalau masa depan cerah.
- Tapi kalau nggak ada rencana ekspansi, teknologi baru, atau target market yang berkembang? Valuasi tinggi jadi nggak masuk akal.
π― Tips Buat Lo:
- Jangan tergoda saham “murah” tanpa alasan, karena bisa aja emang murahan π
- Tapi juga jangan langsung takut sama saham “mahal”, karena bisa jadi emang wajar (growth stock, future leader).
- Kuncinya: pahami bisnisnya, bandingin sektornya, dan liat kinerja keuangan aslinya.
Ingat ya bro/sis, cuan itu bukan dari harga murah atau mahal, tapi dari harga yang wajar dan tumbuh! πΈπ