SAHAM YANG BERISIKO BAGI INVESTOR

Last modified date

Saham yang berisiko tinggi biasanya menunjukkan beberapa ciri yang bisa dikenali oleh investor. Saham-saham ini cenderung memiliki potensi untuk memberikan keuntungan besar dalam waktu singkat, tetapi juga sangat rentan terhadap penurunan tajam.

Berikut adalah beberapa ciri utama saham yang berisiko bagi investor:

  • Volatilitas Tinggi

Saham dengan fluktuasi harga yang ekstrem, baik dalam satu hari atau dalam periode waktu yang pendek, biasanya memiliki risiko yang tinggi.

Volatilitas tinggi sering terlihat pada saham penny stock atau saham yang diperdagangkan dalam volume rendah.

  • Rasio Hutang yang Tinggi (High Debt to Equity Ratio)

Perusahaan dengan rasio utang terhadap ekuitas (DER) yang tinggi biasanya memiliki beban keuangan yang besar dan rentan terhadap kenaikan suku bunga atau penurunan pendapatan.

Rasio utang tinggi bisa menunjukkan bahwa perusahaan bergantung pada utang untuk membiayai operasionalnya, yang meningkatkan risiko kebangkrutan jika terjadi gangguan keuangan.

  • Pendapatan yang Tidak Stabil

Perusahaan yang pendapatannya berfluktuasi tajam atau menunjukkan penurunan secara konsisten biasanya dianggap berisiko.

Pendapatan yang tidak stabil sering terlihat pada perusahaan yang bergantung pada tren atau musim tertentu, atau yang beroperasi dalam industri yang sangat kompetitif.

  • Perusahaan Baru atau Tanpa Rekam Jejak

Perusahaan yang baru saja IPO atau tidak memiliki rekam jejak panjang cenderung lebih berisiko. Kurangnya data historis membuat lebih sulit untuk menilai kinerja dan prospek perusahaan ke depan.

Startup atau perusahaan kecil yang belum teruji di pasar sering kali memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang sudah mapan.

  • Rasio P/E yang Sangat Tinggi

P/E yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri dapat menandakan ekspektasi pertumbuhan yang tidak realistis.

Saham dengan P/E sangat tinggi rentan terhadap koreksi tajam jika pertumbuhan yang diharapkan tidak tercapai.

  • Harga Saham yang Tergantung pada Satu Produk atau Pasar

Perusahaan yang terlalu bergantung pada satu produk, pasar, atau segmen pelanggan bisa sangat berisiko. Jika produk tersebut gagal atau permintaan turun, perusahaan dapat kehilangan pendapatan secara signifikan.

Contoh sektor berisiko tinggi termasuk perusahaan di bidang teknologi atau komoditas, di mana harga sangat sensitif terhadap perubahan permintaan dan persaingan.

  • Perubahan Regulasi yang Signifikan

Saham dari perusahaan yang beroperasi di sektor yang sangat diatur atau terpengaruh oleh kebijakan pemerintah berpotensi tinggi risikonya. Contohnya adalah saham perusahaan di sektor energi, kesehatan, atau keuangan.

Regulasi baru atau kebijakan yang berubah bisa mempengaruhi bisnis perusahaan dan mengurangi profitabilitasnya.

  • Arus Kas yang Negatif

Perusahaan dengan arus kas operasional negatif atau yang terus menerus membakar uang tanpa menghasilkan keuntungan memiliki risiko tinggi untuk kehabisan modal.

Perusahaan yang terlalu bergantung pada pendanaan eksternal untuk mendanai operasionalnya juga rentan terhadap risiko likuiditas.

  • Riwayat Pengelolaan yang Buruk atau Manajemen Bermasalah

Perusahaan dengan riwayat pengelolaan yang buruk, sering terjadi konflik internal, atau adanya masalah hukum pada manajemen dapat menjadi sinyal risiko tinggi.

Manajemen yang tidak transparan atau terlibat dalam skandal atau fraud bisa menghilangkan kepercayaan investor, yang berdampak buruk pada harga saham.

  • Volume Perdagangan Rendah

Saham dengan volume perdagangan rendah biasanya lebih sulit untuk dijual kembali dengan cepat, yang membuatnya kurang likuid dan rentan terhadap perubahan harga yang ekstrem.

Investor mungkin kesulitan menjual saham ini ketika harga mulai turun, yang meningkatkan risiko kerugian.

  • Rendahnya Nilai Pasar (Market Cap Kecil)

Saham dengan kapitalisasi pasar kecil (small-cap atau micro-cap) biasanya lebih rentan terhadap volatilitas dan pergerakan harga yang tidak stabil dibandingkan dengan saham dari perusahaan besar (blue-chip).

Perusahaan dengan market cap kecil sering kali kurang diperhatikan oleh analis dan cenderung kurang transparan, yang menambah risiko bagi investor.

  • RSI di Area Overbought

Dalam analisis teknikal, saham yang menunjukkan RSI (Relative Strength Index) tinggi di atas 70 dianggap overbought, yang menunjukkan potensi koreksi harga.

Sinyal teknikal ini bisa menandakan bahwa harga saham telah meningkat secara berlebihan dan berisiko untuk segera mengalami penurunan.

Saham yang menunjukkan beberapa ciri di atas biasanya lebih cocok untuk investor yang agresif atau berpengalaman, yang siap menghadapi risiko tinggi. Bagi investor yang mencari stabilitas, lebih baik menghindari saham dengan karakteristik ini atau melakukan analisis mendalam sebelum berinvestasi.

Afditya Imam