Deposito di Tengah Perang Dagang: Masih Layak Nggak, Sih?

Last modified date


Perang dagang yang makin panas antara negara-negara besar bikin banyak orang was-was. Pasar saham gonjang-ganjing, nilai tukar mata uang kayak roller coaster, dan harga kebutuhan pokok bisa naik kapan aja. Nah, di tengah kondisi kayak gini, muncul satu pertanyaan klasik: deposito masih worth it nggak, sih?

Apa Itu Perang Dagang, dan Kenapa Kita Harus Peduli?

Perang dagang itu kayak drama adu tarif antar negara. Misalnya, negara A naikin pajak barang dari negara B, lalu negara B bales. Hasilnya? Harga barang naik, ekspor-impor terganggu, dan ekonomi bisa melambat. Efek dominonya bisa sampai ke kita, terutama yang lagi cari tempat aman buat naruh duit.

Deposito: Aman, Tapi…

Deposito itu salah satu instrumen keuangan paling aman. Dijamin LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) sampai Rp2 miliar per nasabah per bank, asal bunganya nggak melebihi batas yang ditentukan. Cocok buat lo yang mager ambil risiko besar.

Tapi, ada tapinya…

Di Tengah Perang Dagang, Nilai Uang Bisa Tergerus

Kalau inflasi naik gara-gara perang dagang (misalnya, harga barang impor jadi mahal), bunga deposito yang “segitu-gitu aja” bisa kalah sama laju inflasi. Ujung-ujungnya, nilai uang lo bukannya tumbuh, malah nyusut secara daya beli.

Jadi, Masih Layak Nggak?

Layak, kalau:

  • Tujuan lo cuma parkir uang dalam waktu pendek-menengah.
  • Lo nggak mau ribet dan lebih suka main aman.
  • Lo tahu kondisi ekonomi dan siap dengan bunga yang (jujur aja) nggak gede-gede amat.

Kurang layak, kalau:

  • Lo pengen duit berkembang pesat dalam jangka panjang.
  • Lo siap ambil sedikit risiko untuk imbal hasil lebih tinggi (kayak reksadana atau emas).
  • Lo udah punya dana darurat dan lagi mikir diversifikasi.

Kesimpulan

Deposito masih bisa jadi pilihan di tengah perang dagang, asal lo ngerti fungsinya. Dia bukan buat jadi mesin pengganda kekayaan, tapi lebih kayak “tempat berteduh sementara” pas cuaca ekonomi lagi nggak jelas.

So, sebelum taruh uang di deposito, tanya dulu ke diri sendiri: lo lagi cari aman, atau lagi ngejar cuan?


Afditya Imam