Dampak Kebijakan Ekonomi Terbaru terhadap IHSG: Mengapa Terjadi Trading Halt?

Last modified date

IHSG tiba-tiba nyungsep 5% pada 18 Maret 2025, bikin investor heboh! Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai harus nge-pause perdagangan alias trading halt buat mencegah kepanikan lebih lanjut.

Nah, salah satu penyebab utama kejatuhan ini adalah kebijakan ekonomi terbaru yang bikin pasar kaget. Sebenarnya, kebijakan apa sih yang bikin IHSG anjlok? Yuk, kita bahas!

1. Kenaikan Pajak Korporasi: Investor Jadi Hati-hati

Pemerintah baru aja mengumumkan kenaikan pajak korporasi buat beberapa sektor strategis, termasuk perbankan, energi, dan properti. Ini bikin pelaku pasar khawatir karena laba bersih perusahaan-perusahaan besar bisa tergerus, yang berarti potensi dividen dan pertumbuhan mereka jadi lebih lambat.

Akibatnya? Banyak investor buru-buru jual saham sektor-sektor ini, bikin IHSG langsung melemah drastis!

2. Subsidi Energi Dikurangi, Biaya Produksi Naik

Bukan cuma pajak, pemerintah juga mulai memangkas subsidi energi buat mengurangi beban anggaran negara. Ini bikin harga BBM dan listrik naik, yang ujung-ujungnya berdampak ke biaya produksi perusahaan.

Emiten di sektor manufaktur, transportasi, dan logistik jadi yang paling kena imbasnya. Saham-saham mereka langsung ambruk karena investor khawatir profit mereka bakal menipis.

3. Suku Bunga Domestik Naik, Kredit Bisa Seret

Bank Indonesia juga baru aja ngumumin kenaikan suku bunga buat ngelawan inflasi dan menstabilkan rupiah. Masalahnya, suku bunga yang lebih tinggi bikin bunga kredit naik, yang berarti konsumsi dan investasi bisa melambat.

Saham-saham perbankan langsung kena efek negatif, karena kalau kredit seret, pertumbuhan bisnis mereka juga ikut tertahan. Ini salah satu alasan utama kenapa IHSG sampai kena auto-halt.

4. Rupiah Melemah, Investor Asing Kabur

Kebijakan ekonomi terbaru ini bikin investor asing makin ragu buat naruh duit mereka di Indonesia. Banyak dari mereka yang justru cabut dan bawa modalnya ke aset yang dianggap lebih aman, kayak obligasi AS.

Aksi jual besar-besaran dari investor asing ini makin mempercepat kejatuhan IHSG. Ketika saham-saham blue chip dijual dalam jumlah besar, indeks langsung anjlok lebih dalam.

5. Efek Panic Selling: Pasar Tambah Chaos

Begitu IHSG turun tajam gara-gara kebijakan ekonomi ini, banyak investor ritel yang panik dan ikut-ikutan jual saham mereka. Efeknya? Pasar makin merah, sampai akhirnya BEI harus nge-pause perdagangan buat ngasih waktu biar pasar bisa tenang dulu.

Kesimpulan: Koreksi Ini Peluang atau Ancaman?

Buat investor jangka panjang, koreksi besar kayak gini justru bisa jadi kesempatan emas buat buy the dip. Tapi, pastikan pilih saham dengan fundamental kuat yang bisa bertahan di tengah perubahan kebijakan ekonomi.

Yang penting, jangan panik, tetap rasional, dan selalu punya strategi investasi yang matang. Karena kalau kita lihat sejarah, setelah koreksi besar, pasar saham biasanya bakal pulih dan bahkan bisa naik lebih tinggi!

Afditya Imam