CIRI SAHAM YANG MAHAL

Last modified date

Saham yang dianggap “mahal” biasanya memiliki valuasi yang tinggi dibandingkan dengan kinerja fundamental atau prospek pertumbuhan perusahaan yang mendasarinya. Berikut adalah beberapa ciri-ciri saham yang sering dianggap mahal:

  1. Rasio Valuasi yang Tinggi: Saham yang mahal cenderung memiliki rasio valuasi yang tinggi, seperti Price-to-Earnings (P/E) ratio, Price-to-Sales (P/S) ratio, atau Price-to-Book (P/B) ratio yang jauh di atas rata-rata industri atau historis.
  2. Kenaikan Harga yang Signifikan: Saham yang harganya melonjak tajam dalam periode singkat tanpa adanya kenaikan yang sesuai dalam kinerja fundamental dapat dianggap mahal. Hal ini mungkin menunjukkan adanya spekulasi atau sentimen pasar yang berlebihan.
  3. Ekspektasi Pertumbuhan yang Terlalu Tinggi: Saham yang mahal seringkali diperdagangkan pada ekspektasi pertumbuhan yang sangat tinggi di masa depan. Jika ekspektasi ini tidak dapat dipertanggungjawabkan oleh kinerja historis atau prospek yang jelas, saham tersebut mungkin dianggap mahal.
  4. Dividen Rendah atau Tidak Ada Dividen: Saham yang mahal seringkali memiliki rendemen dividen yang rendah atau bahkan tidak membayar dividen sama sekali. Hal ini dapat disebabkan oleh investor yang lebih fokus pada pertumbuhan capital gain daripada pendapatan dividen.
  5. Popularitas yang Tinggi: Saham-saham yang sedang tren atau populer di kalangan investor dapat mengalami peningkatan harga yang signifikan, membuatnya terlihat mahal dibandingkan dengan nilai intrinsiknya.
  6. Volatilitas Tinggi: Saham yang mahal seringkali mengalami volatilitas harga yang tinggi, karena harga tersebut mungkin sensitif terhadap perubahan sentimen pasar atau berita.
  7. Rasio Keuangan yang Tidak Seimbang: Saham yang mahal mungkin memiliki rasio keuangan yang tidak seimbang, seperti rasio utang yang tinggi atau rasio laba yang rendah dibandingkan dengan valuasi pasar.

Penting untuk dicatat bahwa penilaian saham sebagai “mahal” atau “murah” dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk siklus pasar, industri, dan preferensi investor. Selalu penting untuk melakukan analisis fundamental yang cermat sebelum membuat keputusan investasi.

Afditya Imam