Menggunakan Rasio Keuangan untuk Menemukan Saham dengan Valuasi Rendah

Last modified date

Investasi saham itu bukan cuma soal feeling atau ikut-ikutan influencer. Kalau mau cuan, kamu harus bisa baca angka! Salah satu cara terbaik buat cari saham undervalued adalah dengan menganalisis rasio keuangan.

Nah, pertanyaannya: rasio keuangan mana yang paling penting buat cek valuasi saham? Berikut ini beberapa indikator yang wajib kamu pahami sebelum berburu saham murah!


1. Price-to-Earnings Ratio (PER): Apakah Saham Murah atau Mahal?

PER adalah indikator klasik buat ngecek apakah harga saham lagi murah atau mahal dibanding labanya. Rumusnya:

PER = Harga Saham / Laba per Saham (EPS)

  • PER rendah → Bisa jadi saham undervalued.
  • PER tinggi → Bisa jadi saham overvalued atau lagi hype.

Tapi ingat, PER rendah nggak selalu berarti bagus! Cek juga industri dan prospeknya. Misalnya, saham sektor teknologi biasanya punya PER tinggi karena growth-nya cepat, sementara saham perbankan cenderung punya PER lebih rendah.

Tips: Bandingkan PER saham dengan rata-rata PER di industrinya biar nggak salah analisis!


2. Price-to-Book Value (PBV): Apakah Saham Dihargai Lebih Murah dari Asetnya?

PBV membantu kamu melihat apakah saham dihargai lebih rendah dari nilai bukunya. Rumusnya:

PBV = Harga Saham / Nilai Buku per Saham

  • PBV < 1 → Harga saham lebih murah dari nilai asetnya (bisa jadi undervalued).
  • PBV > 1 → Saham dihargai lebih mahal dari nilai asetnya.

PBV sering dipakai buat analisis saham-saham perbankan dan sektor aset berat (seperti properti). Tapi hati-hati! PBV rendah banget bisa jadi sinyal kalau ada masalah di perusahaan, misalnya bisnisnya lesu atau punya banyak utang.


3. Dividend Yield: Apakah Saham Rajin bagi Cuan?

Kalau kamu tipe investor yang suka passive income, dividend yield bisa jadi pertimbangan. Rumusnya:

Dividend Yield = (Dividen per Saham / Harga Saham) x 100%

  • Yield tinggi → Bisa jadi saham undervalued (karena harganya turun sementara dividennya tetap).
  • Yield rendah → Bisa jadi karena harga saham sudah naik atau perusahaan lebih fokus ekspansi.

Tapi ingat: Jangan cuma lihat yield tinggi doang! Pastikan juga perusahaan punya sejarah konsisten dalam membayar dividen.


4. Debt-to-Equity Ratio (DER): Seberapa Besar Utang Perusahaan?

DER membantu kamu menilai apakah perusahaan punya utang yang masih sehat atau malah kebanyakan beban finansial. Rumusnya:

DER = Total Utang / Ekuitas Pemegang Saham

  • DER rendah → Perusahaan punya utang kecil, lebih stabil.
  • DER tinggi → Perusahaan punya utang besar, lebih berisiko.

Tapi jangan salah! Ada beberapa industri yang wajar punya DER tinggi, seperti perbankan dan perusahaan infrastruktur. Jadi, bandingkan DER saham dengan rata-rata industrinya.


5. Return on Equity (ROE): Seberapa Efektif Perusahaan Menghasilkan Laba?

ROE menunjukkan seberapa efektif perusahaan menghasilkan keuntungan dari modal pemegang saham. Rumusnya:

ROE = Laba Bersih / Ekuitas Pemegang Saham x 100%

  • ROE tinggi → Perusahaan efisien dalam mengelola modalnya.
  • ROE rendah → Bisa jadi tanda bisnisnya kurang efektif dalam menghasilkan profit.

ROE itu semacam tolok ukur kualitas perusahaan. Kalau ada saham undervalued dengan ROE tinggi, itu bisa jadi sinyal bagus!


Kesimpulan

Menemukan saham undervalued bukan cuma soal lihat harga murah, tapi juga analisis mendalam dengan rasio keuangan yang tepat.

Gunakan kombinasi indikator berikut ini:
PER & PBV → Cek apakah saham undervalued.
Dividend Yield → Apakah saham rajin kasih dividen?
DER → Apakah perusahaan kebanyakan utang?
ROE → Apakah perusahaan efisien dalam menghasilkan laba?

Jadi, jangan asal beli saham murah! Gunakan rasio ini biar investasi kamu makin cuan dan minim risiko!

Afditya Imam