PENGARUH KEBIJAKAN GLOBAL & PASAR MODAL RI
Kebijakan global memiliki pengaruh besar terhadap pasar modal Indonesia, terutama karena keterbukaan ekonomi dan ketergantungan Indonesia pada perdagangan internasional serta aliran modal global. Berikut adalah beberapa kebijakan global yang sering berdampak pada pasar modal Indonesia:
1. Kebijakan Suku Bunga Bank Sentral Global
- Federal Reserve (AS): Kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) memiliki dampak signifikan terhadap pasar modal di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Jika The Fed menaikkan suku bunga, investasi di AS menjadi lebih menarik karena imbal hasil obligasi dan aset-aset keuangan di sana meningkat. Hal ini dapat memicu capital outflow (keluarnya modal) dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, karena investor asing memilih berinvestasi di AS. Sebaliknya, ketika The Fed menurunkan suku bunga, aliran modal sering kali berpindah ke negara berkembang yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi, yang dapat menguatkan IHSG.
- Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Jepang (BoJ) juga memiliki dampak yang serupa terhadap aliran modal global. Kebijakan moneter mereka mempengaruhi sentimen risiko dan ketersediaan modal di seluruh dunia.
2. Kebijakan Perdagangan Internasional
- Perang dagang atau kebijakan proteksionisme antara negara besar, seperti antara AS dan Tiongkok, dapat memengaruhi sentimen pasar global. Konflik dagang ini bisa menyebabkan volatilitas pasar, yang juga akan berdampak pada IHSG. Negara-negara berkembang yang terlibat dalam rantai pasokan global, termasuk Indonesia, bisa terkena dampak negatif dari penurunan volume perdagangan dan perlambatan ekonomi global.
3. Kebijakan Ekonomi di Negara Mitra Dagang Utama
- Ekonomi Tiongkok: Sebagai mitra dagang terbesar Indonesia, kebijakan ekonomi dan moneter Tiongkok, seperti stimulus ekonomi atau pengetatan kebijakan, dapat mempengaruhi ekspor Indonesia, khususnya dalam komoditas seperti batu bara, minyak sawit, dan nikel. Penurunan permintaan dari Tiongkok bisa melemahkan sektor-sektor ini, yang berdampak langsung pada emiten di bursa saham Indonesia.
- Ekonomi AS: Kebijakan fiskal dan perdagangan di AS, seperti tarif impor atau insentif pajak, dapat memengaruhi arus perdagangan global dan menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan global, termasuk di Indonesia.
4. Kebijakan Fiskal dan Stimulus Ekonomi Global
- Ketika negara-negara besar seperti AS atau Uni Eropa mengumumkan paket stimulus ekonomi yang besar, biasanya pasar global mengalami kenaikan karena adanya dorongan likuiditas dan peningkatan kepercayaan investor. Indonesia, sebagai bagian dari pasar negara berkembang, sering kali menikmati aliran modal masuk ketika ada likuiditas besar di pasar global.
- Sebaliknya, jika kebijakan fiskal global mengarah pada pengurangan stimulus (tapering), hal ini bisa membuat pasar modal lebih berhati-hati dan menyebabkan modal keluar dari Indonesia.
5. Kebijakan Energi dan Lingkungan Global
- Perjanjian iklim global atau kebijakan energi di negara maju bisa mempengaruhi permintaan komoditas dari Indonesia, seperti batu bara dan minyak sawit. Misalnya, kebijakan untuk mengurangi penggunaan energi fosil di Eropa atau AS bisa menurunkan permintaan terhadap batu bara, yang merupakan komoditas ekspor utama Indonesia. Ini dapat berdampak langsung pada emiten pertambangan di bursa saham Indonesia.
6. Ketegangan Geopolitik dan Kebijakan Keamanan Global
- Ketegangan geopolitik, seperti konflik di Timur Tengah, Eropa Timur, atau ketegangan di Asia Timur, dapat mempengaruhi harga minyak dan komoditas lainnya, yang berdampak pada inflasi global. Ketidakpastian geopolitik biasanya membuat investor bersikap lebih defensif dan menghindari risiko, yang dapat melemahkan pasar modal negara berkembang seperti Indonesia.
- Selain itu, perubahan aliansi ekonomi atau sanksi internasional terhadap negara besar juga dapat mengguncang pasar global dan memengaruhi aliran modal ke Indonesia.
7. Kebijakan Global terhadap COVID-19
- Pada masa pandemi, kebijakan-kebijakan seperti lockdown, vaksinasi, dan pembukaan ekonomi di negara-negara maju mempengaruhi sentimen pasar global. Misalnya, kebijakan karantina ketat di Tiongkok atau AS yang menghambat pemulihan ekonomi global dapat menurunkan permintaan komoditas Indonesia, yang berdampak pada pasar modal Indonesia.
Kesimpulan
Kebijakan global dapat mempengaruhi pasar modal Indonesia melalui berbagai saluran, seperti aliran modal asing, harga komoditas, perdagangan internasional, serta sentimen investor. Pasar modal Indonesia, yang sangat bergantung pada investasi asing dan perdagangan komoditas, sering kali menjadi rentan terhadap perubahan kebijakan di negara-negara besar seperti AS, Tiongkok, dan Eropa. Dengan demikian, investor di Indonesia perlu memperhatikan kebijakan global untuk memahami tren dan potensi risiko terhadap IHSG.