Kenapa Bank Dunia Ribet Banget Sama Pajak Indonesia?
Kenapa Sih Bank Dunia Ribet Banget Sama Pajak Indonesia? Ini Penjelasan Gampangnya
Belakangan ini Bank Dunia makin sering “nyentil” soal penerimaan pajak Indonesia.
Bahkan sampai disebut sebagai salah satu negara dengan pengumpulan pajak terburuk di dunia.
Gak main-main, rasio pajak kita cuma sekitar 9% dari PDB, padahal idealnya menurut standar internasional tuh minimal 15%.
Pertanyaannya: kenapa Bank Dunia peduli banget sama pajak kita? Emangnya mereka dapet bagian?
Jawabannya simpel: karena pajak itu cermin seberapa sehat keuangan negara. Buat Bank Dunia, pajak bukan cuma urusan dalem negeri.
Mereka tuh mikir kayak gini, “Kalau kamu mau kami bantu, tunjukin dulu dong kalau kamu bisa kelola uang dengan bener.”
Jadi, kalau penerimaan pajaknya lemah, ya mereka ragu-ragu kasih pinjaman atau support program pembangunan.
Pajak juga jadi tolak ukur apakah Indonesia bisa jalanin pembangunan jangka panjang tanpa harus ngutang terus. Kalau terus-terusan ngandelin utang buat bangun jalan, sekolah, rumah sakit, tapi pemasukan tetap kecil, itu ibarat gaya hidup mewah tapi gaji pas-pasan—ujung-ujungnya bisa jebol.
Makanya, waktu Indonesia minta bantuan, kadang Bank Dunia kasih syarat: kamu boleh pinjam, tapi tolong perbaiki dulu sistem pajaknya.
Bahkan tahun 2022, Bank Dunia kasih pinjaman USD 750 juta khusus buat bantu Indonesia beresin sektor pajaknya—dari sisi sistem, kepatuhan, sampai pengawasan.
Jadi ya, mereka gak sembarang kasih duit. Ada PR-nya. Hal lain yang bikin Bank Dunia ngegas soal pajak, karena negara-negara berkembang (termasuk kita) diharapkan bisa mandiri secara fiskal.
Artinya, jangan terlalu sering minta bantuan luar, tapi bangun kekuatan sendiri lewat penerimaan dalam negeri. Salah satu yang paling penting?
Ya pajak itu tadi. Dan lucunya, negara tetangga kita aja udah jauh lebih tinggi rasio pajaknya. Vietnam bisa 18%, Malaysia dan Filipina udah di atas 15%, kita masih muter-muter di angka 9%–11%. Ya pantes aja Bank Dunia mulai geleng-geleng.
Terus kalau kita tetap cuek dan gak perbaiki sistem pajak, efeknya apa? Bank Dunia bisa makin ‘pelit’ bantu kita, proyek pembangunan bisa seret karena dana pendamping dari pemerintah susah keluar, dan trust dari investor luar juga bisa turun.
Ujungnya, bukan cuma ekonomi melambat, tapi kesejahteraan rakyat juga ikut terpuruk. Jadi, Bank Dunia pengen cawe-cawe, ya karena mereka juga punya kepentingan.
Mereka perlu mastikan, uang yang mereka kasih pinjam, bisa dikembalikan sesuai janji.
Mereka butuh jaminan bahwa negara kayak Indonesia bisa survive dan grow tanpa jadi beban.
Dan salah satu kuncinya adalah: kinerja pajak yang sehat. Maunya sih kita lepas dari utang dari pihak manapun, tapi faktanya pengeluaran negara selalu kurang dibanding pendapatan (defisit), terus nutupinnya ya pakai utang.