Fenomena The Great Confiscation: Elit Tech Tinggalkan Silicon Valley, Pindah ke Luar Negeri
Sebuah tren baru yang dijuluki “The Great Confiscation” atau “Perampasan Besar-besaran” kini tengah menjadi sorotan di kalangan elit teknologi dan modal ventura.
Istilah ini merujuk pada eksodus para pendiri perusahaan (founder), investor, dan eksekutif teknologi kaya dari negara bagian Amerika Serikat yang pajaknya tinggi, seperti California dan New York, menuju destinasi internasional yang dianggap lebih ramah secara finansial.
Negara-negara seperti Jepang dan Singapura kini menjadi tujuan utama, menggantikan tren perpindahan domestik sebelumnya yang hanya bergeser ke negara bagian seperti Florida atau Texas.
Apa Itu “The Great Confiscation”?
Istilah “The Great Confiscation,” yang dipopulerkan dalam diskusi di “All-In Podcast,” sebuah program populer di kalangan investor, bukanlah merujuk pada penyitaan aset secara harfiah oleh pemerintah.
Sebaliknya, ini adalah persepsi di kalangan orang-orang super-kaya bahwa kekayaan mereka “dirampas” secara perlahan namun pasti melalui tarif pajak yang sangat tinggi. Kombinasi dari pajak penghasilan negara bagian yang mencapai dua digit, pajak capital gain (keuntungan modal) yang tinggi, dan potensi pajak properti serta pajak warisan, telah menciptakan rasa frustrasi yang memuncak.
Di negara bagian seperti California, tarif pajak penghasilan tertinggi dapat melebihi 13%. Bagi seorang miliarder atau multi-jutawan yang baru saja menjual saham perusahaan rintisannya, ini berarti puluhan atau bahkan ratusan juta dolar harus dibayarkan ke kas negara.
Pergeseran dari Domestik ke Internasional
Selama beberapa tahun terakhir, perpindahan kaum kaya dari California ke negara bagian tanpa pajak penghasilan seperti Texas (Austin) dan Florida (Miami) telah didokumentasikan dengan baik. Namun, tren terbaru ini menunjukkan langkah yang lebih drastis: meninggalkan AS sepenuhnya.
“Ini bukan lagi soal pindah ke Austin,” ujar seorang pengamat industri. “Ini soal mencari ‘pintu keluar darurat’ (escape hatch) dari sistem yang mereka anggap semakin menghukum kesuksesan.”
Singapura dan Jepang menjadi pilihan utama karena beberapa alasan:
Singapura: Dikenal sebagai surga bisnis global, Singapura menawarkan stabilitas politik, infrastruktur kelas dunia, dan yang terpenting, kebijakan pajak yang sangat menarik, termasuk tidak adanya pajak capital gain.
Jepang: Meskipun pajaknya tidak rendah, Jepang menawarkan kualitas hidup yang sangat tinggi, keamanan, stabilitas, dan skema visa yang semakin menarik bagi talenta profesional asing dan investor.
Dampak Ekonomi yang Mengkhawatirkan
Eksodus ini menimbulkan kekhawatiran serius bagi negara bagian yang ditinggalkan. California dan New York secara historis sangat bergantung pada pendapatan pajak dari 1% warganya yang terkaya untuk mendanai anggaran mereka.
Hilangnya pembayar pajak kelas atas ini yang sering disebut sebagai “wealth drain” (pengurasan kekayaan) dapat menciptakan lubang besar dalam anggaran negara bagian, yang pada akhirnya berdampak pada layanan publik seperti pendidikan, infrastruktur, dan layanan sosial.
Fenomena “The Great Confiscation” ini menandakan pergeseran penting: di era kerja jarak jauh dan mobilitas global, modal dan talenta kini lebih cair dari sebelumnya. Mereka akan pindah ke mana saja yang dianggap paling menguntungkan dan menawarkan kualitas hidup terbaik, bahkan jika itu berarti harus melintasi samudra.
