Sikap The Fed Setelah Tarif Trump: Main Aman atau Gas Pol? | | Strategi Mengatur Keuangan dan Investasi Saham & Reksadana

Jadi gini bro-sis, waktu Presiden Donald Trump dulu mulai ngegas soal tarif impor (alias bea masuk) buat produk dari China dan negara lain, banyak yang mikir: “Wah, ekonomi bisa gonjang-ganjing nih!” Nah, di sinilah The Fed (Federal Reserve alias bank sentral AS) harus mutusin sikap. Apakah mereka bakal ikutan ngerem, atau tetap jalan terus?

Yuk, kita bedah sikap The Fed setelah kebijakan tarif ala Trump itu muncul:

🚨 1. Tensi Dagang Bikin The Fed Lebih Hati-Hati

Tarif Trump tuh bikin tensi dagang antara AS dan China makin panas. Akibatnya, banyak pelaku pasar mulai panik dikit karena takut perang dagang bakal ngurangin aktivitas ekonomi global.

Nah, The Fed yang awalnya berencana naikin suku bunga secara bertahap malah mulai nahan diri. Mereka takut, kalau suku bunga naik terus di tengah situasi dagang yang gak pasti, malah bikin ekonomi makin lesu.

📉 2. The Fed Ubah Nada: Dari Hawkish ke Dovish

Sebelum tarif-tarifan, The Fed tuh hawkish — artinya mereka condong buat naikin suku bunga demi jaga inflasi. Tapi setelah tarif Trump muncul dan pasar mulai goyang, The Fed berubah jadi lebih dovish (alias lebih santuy).

Mereka mulai pakai kata-kata kayak:

“Kita akan bersikap data-dependent dan siap menyesuaikan kebijakan jika kondisi ekonomi berubah.”

Alias, “Kita lihat situasi dulu deh, bro.”

📉 3. Malah Potong Suku Bunga di 2019

Karena efek perang dagang makin terasa — pertumbuhan global melambat, investasi perusahaan ngerem, dan manufaktur mulai drop — akhirnya The Fed turunin suku bunga beberapa kali di 2019. Padahal setahun sebelumnya, mereka masih semangat naik-naikin.

Jadi, bisa dibilang tarif Trump bikin The Fed belok arah. Bukan karena takut sama Trump (walau Trump sering banget nyindir The Fed di Twitter), tapi karena mereka emang harus jaga kestabilan ekonomi.