Risiko Tersembunyi di Balik Strategi Bitcoin MicroStrategy $MSTR
Penurunan tajam harga saham MicroStrategy atau Strategy Inc (MSTR) pada akhir 2025 bukan sekadar refleksi normal dari koreksi harga Bitcoin, melainkan representasi dari risiko struktural yang melekat pada model bisnis perusahaan yang telah bertransformasi menjadi entitas berbasis aset kripto.
Dari puncak harga di atas USD 457 per saham pada Juli 2025, nilai MSTR terperosok lebih dari 60 persen hingga kisaran USD 156 pada Desember 2025, seiring turunnya kapitalisasi pasar menjadi sekitar USD 45 miliar.
Dinamika ini menunjukkan bahwa saham MSTR tidak lagi berperilaku sebagai saham perusahaan teknologi konvensional, melainkan sebagai instrumen derivatif tidak resmi dari Bitcoin dengan tingkat volatilitas yang jauh lebih tinggi.
Transformasi strategis Strategy Inc sebagai “proxy Bitcoin” menjadikan hampir seluruh nilai perusahaan bergantung pada fluktuasi harga aset kripto tersebut. Dengan kepemilikan sekitar 650.000 Bitcoin pada harga rata-rata USD 74.400 per koin, nilai aset digital perusahaan pada harga Bitcoin USD 85.000 memang masih berada di kisaran USD 55 miliar.
Namun, struktur ini menciptakan sensitivitas ekstrem terhadap volatilitas pasar kripto. Data empiris menunjukkan bahwa ketika Bitcoin turun sekitar 33 persen dari puncaknya, saham MSTR justru mengalami koreksi yang lebih dalam hingga mendekati 50 persen. Fenomena ini mencerminkan karakteristik beta ekstrem, di mana saham bereaksi secara berlebihan terhadap perubahan harga aset dasarnya. Dengan demikian, investor yang mengharapkan eksposur tidak langsung terhadap Bitcoin justru menghadapi volatilitas berlapis yang secara statistik meningkatkan risiko kerugian absolut.
Risiko tersebut semakin diperparah oleh struktur pendanaan MSTR yang sangat agresif. Perusahaan menggunakan instrumen utang konversi dan ekuitas preferen dalam jumlah besar untuk membiayai akumulasi Bitcoin.
Total kewajiban berbasis utang mencapai lebih dari USD 14 miliar, yang mencakup sekitar 20 persen dari nilai aset bersih Bitcoin perusahaan. Meskipun sebagian besar pinjaman bersifat tidak dijamin sehingga tidak memicu margin call langsung, tekanan likuiditas tetap tinggi dalam kondisi pasar turun. Ketika harga saham melemah, biaya pendanaan meningkat dan akses terhadap pasar modal menjadi semakin mahal.
Dalam skenario ekstrem di mana Bitcoin turun hingga kisaran USD 25.000, struktur neraca MSTR berpotensi mengalami tekanan solvabilitas yang serius, bahkan tanpa adanya kewajiban likuidasi otomatis.
Selain itu, dinamika pasar menunjukkan terjadinya erosi yang signifikan terhadap premium nilai aset bersih perusahaan. Secara historis, saham MSTR diperdagangkan dengan premi besar terhadap nilai bersih kepemilikan Bitcoinnya karena dianggap sebagai instrumen regulasi yang aman bagi investor institusional.
Namun pada Desember 2025, kapitalisasi pasar MSTR justru berada di bawah estimasi nilai bersih Bitcoin setelah dikurangi utang. Rasio market-to-NAV yang turun ke sekitar 1,16 mencerminkan hilangnya keyakinan pasar terhadap kesinambungan strategi perusahaan. Kondisi ini menciptakan risiko tambahan berupa potensi dikeluarkannya saham MSTR dari indeks-indeks utama, yang dapat memicu aksi jual masif dari dana pasif dan mempercepat tekanan harga secara sistemik.
Ketidakpastian juga meningkat dari sisi kebijakan manajemen terhadap kemungkinan dilusi dan likuidasi aset. Pernyataan CEO Michael Saylor yang sebelumnya menolak opsi penjualan Bitcoin kini bergeser menjadi lebih permisif jika akses pendanaan tertutup. Dengan cadangan kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban dividen hanya dalam jangka pendek, perusahaan berisiko melakukan penerbitan saham baru atau obligasi pada valuasi rendah.
Tindakan tersebut akan menekan nilai kepemilikan pemegang saham eksisting. Lebih jauh, kewajiban jatuh tempo pada 2027 membuka kemungkinan likuidasi sebagian Bitcoin, yang tidak hanya menekan nilai MSTR, tetapi juga berpotensi memicu tekanan tambahan bagi pasar kripto global melalui efek tekanan jual dari pemegang aset besar.
Saham MSTR dalam fase penurunan harga menghadirkan profil risiko yang jauh lebih kompleks dibandingkan eksposur langsung terhadap Bitcoin melalui produk ETF atau kepemilikan spot. Leverage utang, volatilitas berlipat, hilangnya premium NAV, serta ancaman dilusi dan likuidasi menciptakan konfigurasi risiko asimetris yang merugikan investor ritel.
Dalam konteks ini, MSTR lebih tepat dipahami bukan sebagai saham berbasis fundamental bisnis, melainkan sebagai instrumen spekulatif dengan risiko sistemik yang tinggi. Oleh karena itu, dalam kondisi pasar kripto yang belum stabil, rasionalitas investasi menuntut kehati-hatian tinggi dan pertimbangan bagi investor untuk memilih instrumen dengan struktur risiko yang lebih terkendali.
