Ray Dalio, Sejarah Selalu Berulang Dalam Siklus Ekonomi
Dalam sebuah percakapan mendalam antara investor legendaris Ray Dalio dan jurnalis sekaligus penulis buku ekonomi Andrew Ross Sorkin, keduanya sepakat bahwa sejarah keuangan dunia terus berulang dalam siklus yang hampir sama: euforia, utang, lalu kehancuran.
Diskusi ini berlangsung bertepatan dengan peluncuran buku baru Sorkin tentang krisis besar tahun 1929, yang ia sebut masih menjadi cermin bagi krisis 2008 dan bahkan situasi ekonomi saat ini.
Menurut Dalio, setiap krisis besar selalu dimulai dari apa yang disebut “keajaiban baru” sebuah inovasi yang membuat dunia percaya bahwa era kemakmuran baru telah tiba.
Pada 1920-an, masyarakat terbuai oleh kehadiran radio, mobil, dan listrik. Saham perusahaan seperti RCA melonjak tajam karena diyakini akan merevolusi dunia. Pola ini, kata Dalio, kini terulang dengan munculnya kecerdasan buatan (AI). “Orang-orang percaya AI akan mengubah segalanya, dan mereka berinvestasi seolah-olah risiko tidak ada,” ujarnya.
Faktor kedua adalah kemudahan utang. Pada masa 1920-an, investor biasa bisa membeli saham dengan uang pinjaman, dikenal sebagai margin trading.
Di tahun 2008, yang menjadi bahan bakar gelembung adalah kredit rumah murah yang ditawarkan secara massal bahkan kepada mereka yang tidak layak kredit.
Sekarang, Dalio dan Sorkin menyoroti tumbuhnya private credit atau pinjaman non-bank yang tidak diatur seketat lembaga keuangan tradisional. “Kita mungkin sedang menciptakan versi modern dari bom waktu keuangan,” kata Sorkin.
Namun, sebagaimana selalu terjadi, pesta berakhir saat bunga naik dan utang menumpuk. Ketika pembayaran tidak bisa lagi dilakukan, gelembung pun meletus. Dalio menyebut siklus ini sebagai “ritme alami kapitalisme” perpaduan antara inovasi, keserakahan, dan lupa diri.
Sorkin juga mengisahkan tokoh-tokoh dari era 1929 yang menurutnya memiliki “kembaran” di masa kini.
Ada si penjual ulung, orang yang membuat sistem utang mudah demi “membuka peluang bagi semua.”
Ada si pengkritik, sosok realistis yang sejak awal memperingatkan bahaya gelembung.
Dan ada si penengah gagal, para elite dan pejabat yang mencoba menstabilkan pasar saat krisis sudah tak terhindarkan. “Karakter-karakter ini muncul di setiap era, hanya nama dan teknologinya yang berubah,” ujar Sorkin.
Baik Dalio maupun Sorkin sepakat bahwa kemajuan teknologi tidak menghapus kelemahan manusia.
“Masalahnya bukan pada AI, radio, atau mobil listrik,” kata Dalio. “Masalahnya adalah kita, manusia, yang selalu yakin bahwa kali ini akan berbeda.”
Sejarah ekonomi mungkin tidak mengulang peristiwa yang sama, tetapi selalu mengulang pola yang serupa dan hanya mereka yang belajar dari masa lalu yang bisa bertahan saat gelembung berikutnya pecah.
