Pakar Valuasi Legendaris Aswath Damodaran, “Magnificent 7 Terlalu Mahal, Kecuali Apple”
Aswath Damodaran, profesor keuangan dari NYU Stern School of Business yang dijuluki “Dean of Valuation”, kembali mengeluarkan peringatan keras kepada investor global.
Dalam wawancara terbarunya, Damodaran menyebut saham-saham raksasa teknologi yang dikenal sebagai “Magnificent Seven” saat ini sedang dalam kondisi “sangat mahal dan berisiko tinggi” karena pengeluaran modal (capital expenditure/capex) yang melonjak tajam.
“Saya tidak akan membeli satu pun dari Magnificent Seven saat ini, kecuali Apple,” tegas Damodaran.
Apa yang Dikhawatirkan Damodaran
Menurutnya, enam dari tujuh perusahaan (Amazon, Alphabet/Google, Meta, Microsoft, Nvidia, dan Tesla) sedang membakar uang dalam jumlah luar biasa besar untuk membangun infrastruktur AI, pusat data, dan teknologi masa depan.
“Capex mereka sudah di luar nalar. Valuasi saat ini mengasumsikan semua pengeluaran itu akan langsung jadi profit besar dalam waktu dekat. Itu terlalu optimistis,” katanya.
Apple, menurut Damodaran, menjadi satu-satunya pengecualian karena perusahaan itu jauh lebih disiplin dalam mengeluarkan capex dan masih memiliki neraca keuangan yang sangat kuat.
Respons Keras dari Komunitas Investor
Peringatan Damodaran langsung memicu perdebatan sengit. Banyak investor ritel dan penggemar teknologi menyerang rekam jejak sang profesor:
- Tahun 2014, Damodaran menilai Uber “sangat overvalued” di valuasi $17 miliar → kini valuasi Uber lebih dari $150 miliar.
- Ia juga pernah menyarankan untuk tidak membeli Nvidia saat harganya sekitar $33 (setelah split) → kini saham NVDA sudah naik lebih dari 7.000% sejak saat itu.
- Tesla juga kerap dianggap “terlalu mahal” oleh Damodaran selama bertahun-tahun, padahal saham TSLA naik ratusan persen.
Pendapat Berlawanan: “Capex Bukan Biaya, Tapi Investasi Masa Depan”
Sebagian besar investor teknologi membela bahwa pengeluaran besar saat ini adalah “taruhan untuk dominasi AI dan cloud selama puluhan tahun ke depan”.
Mereka menyebut capex raksasa justru menjadi “parit pertahanan” (economic moat) yang sulit ditiru kompetitor.“
Kalau Amazon, Microsoft, dan Google tidak habis-habisan bangun data center sekarang, besok mereka akan kalah dari yang lain. Ini bukan boros, ini perang.
Dampak ke Pasar
Hingga penutupan Selasa (18/11), indeks Nasdaq 100 masih bertahan di level tinggi, didorong kenaikan Nvidia dan Meta. Namun peringatan Damodaran menambah bahan diskusi apakah reli saham teknologi 2023–2025 sudah kehabisan napas atau masih akan berlanjut.
Pesan dari Damodaran
“Saya tidak bilang perusahaan-perusahaan ini akan bangkrut. Saya hanya bilang: valuasi saat ini sudah terlalu mahal untuk investor yang ingin tidur nyenyak di malam hari.
Pasar akan yang menentukan siapa yang benar: Damodaran dengan disiplin valuasinya, atau para “tech bull” yang percaya masa depan AI masih jauh lebih besar dari hari ini.
