Kisah di Balik Jatuhnya Kerahasiaan Perbankan Swiss

Last modified date

Selama lebih dari satu abad, nama Swiss bukan hanya merujuk pada sebuah negara di jantung Eropa. Dalam dunia keuangan, Swiss adalah sebuah legenda, sebuah benteng tak tertembus yang identik dengan kerahasiaan absolut. Rekening bank bernomor (numbered accounts) yang terkenal itu adalah simbol dari sebuah janji, uang Anda aman di sini, dan identitas Anda akan dijaga dari siapapun, termasuk dari pemerintah negara Anda sendiri.

Fondasi benteng ini dibangun pada tahun 1934 dengan Undang-Undang Perbankan Swiss. Awalnya, undang-undang ini memiliki tujuan mulia: melindungi aset warga Yahudi Jerman dan korban persekusi lainnya dari rezim Nazi. Membocorkan informasi klien bukan hanya pelanggaran kebijakan, tetapi sebuah tindak kriminal. Selama beberapa dekade, prinsip ini menjadi daya tarik utama yang menarik kekayaan dari seluruh dunia ke brankas-brankas di Jenewa dan Zurich. Namun, benteng yang tampak kokoh ini mulai retak di awal abad ke-21.

Titik balik dari segalanya adalah Krisis Keuangan Global pada tahun 2008. Ketika ekonomi dunia berantakan, pemerintah negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, mengalami defisit anggaran yang parah. Di tengah kemarahan publik atas bailout bank dan kesulitan ekonomi yang meluas, para politisi menemukan target yang sempurna: para pengemplang pajak.

Narasi menjadi sangat jelas dan kuat. Saat warga biasa kehilangan rumah dan pekerjaan, orang-orang kaya justru menyembunyikan miliaran dolar di rekening luar negeri untuk menghindari pajak. Ini adalah bom waktu politik, dan sumbunya mengarah langsung ke Swiss.

Di pusat badai ini berdiri UBS, salah satu bank terbesar dan paling bergengsi di Swiss. Ternyata, UBS tidak hanya pasif menerima simpanan. Para bankirnya secara aktif dan sistematis membantu ribuan klien kaya dari Amerika untuk menipu US Internal Revenue Service (IRS).
Metode mereka sangat licik dan terkesan seperti di film-film spionase. Para bankir UBS terbang ke AS untuk bertemu klien, menyarankan mereka menggunakan perusahaan cangkang, bahkan dilaporkan menyelundupkan berlian dalam tabung pasta gigi untuk menyembunyikan aset.

Kunci yang membuka kotak pandora ini adalah seorang whistleblower bernama Bradley Birkenfeld, seorang mantan bankir UBS. Pada tahun 2007, ia membocorkan rahasia dapur UBS kepada Departemen Kehakiman AS (DOJ), mengungkapkan data sekitar 19.000 klien yang menyembunyikan aset senilai $20 miliar. Birkenfeld memberikan “peta harta karun” yang dibutuhkan Amerika untuk menyerang.

Berbekal bukti dari Birkenfeld dan kemarahan publik, AS melancarkan serangan penuh. Ancaman mereka kepada UBS bukanlah denda biasa; mereka mengancam akan menjatuhkan hukuman mati dalam dunia perbankan: memutus akses UBS dari sistem keuangan Amerika Serikat.
Bagi bank global mana pun, ancaman ini berarti kiamat. Tanpa akses ke dolar AS dan pasar finansial Amerika, sebuah bank tidak akan bisa beroperasi.

Dihadapkan pada pilihan antara kehancuran total atau meruntuhkan prinsip kerahasiaan yang telah dijaga selama 75 tahun, UBS memilih untuk bertahan hidup. Pada Februari 2009, mereka bertekuk lutut. UBS setuju membayar denda $780 juta dan melakukan hal yang tak terpikirkan sebelumnya: menyerahkan nama-nama dari 4.500 klien Amerika mereka.

Tindakan ini adalah gempa bumi yang mengguncang fondasi perbankan Swiss. Untuk pertama kalinya, sebuah bank besar Swiss melanggar hukum negaranya sendiri di bawah tekanan negara asing.

Kejatuhan UBS hanyalah permulaan. Amerika, yang menyadari bahwa taktik tekanan mereka berhasil, melanjutkan perburuannya. Mereka menargetkan bank-bank Swiss lainnya, termasuk Wegelin & Co., bank swasta tertua di Swiss yang berdiri sejak 1741. Ketika Wegelin mencoba mengambil alih klien-klien Amerika yang panik dari UBS, AS langsung mendakwa bank tersebut. Dalam waktu singkat, bank berusia ratusan tahun itu terpaksa tutup permanen pada tahun 2013.

Pesan yang dikirim sangat jelas, tidak ada yang aman.

Di bawah tekanan berkelanjutan dari AS, Uni Eropa, G20, dan OECD, pemerintah Swiss akhirnya menyerah. Mereka terpaksa menandatangani perjanjian pertukaran informasi otomatis (Automatic Exchange of Information) dengan lebih dari 100 negara.

Era kerahasiaan perbankan Swiss untuk klien asing, secara efektif, telah mati. Benteng yang dulunya perkasa itu kini telah menjadi transparan. Legenda tentang rekening bernomor yang misterius telah berakhir, bukan karena pertempuran militer, melainkan oleh kekuatan tekanan ekonomi dan politik yang tak bisa lagi mereka lawan.

Afditya Imam