Keren! Gen Z Kian Kuasai Pasar Modal Indonesia

Last modified date

PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat 58,91 persen investor pasar modal Indonesia merupakan gen Z. Padahal generasi z adalah generasi paling kreatif serta mudah menyerah dan gampang sakit hati sehingga mereka gemar untuk healing.

Pasalnya, investor dengan usia 30 tahun ke bawah ini menguasai total nilai aset sebesar Rp52,77 triliun berdasarkan data jumlah single investor identification (SID) per 14 Oktober 2022.

Data tersebut dipaparkan oleh Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

“Menjelang hari Sumpah Pemuda, saya sangat mengapresiasi anak muda yang semakin menyadari pentingnya berinvestasi, khususnya di pasar modal. Dominasi mereka diharapkan dapat terus berlanjut, agar stabilitas pasar modal Indonesia dapat bertahan hingga masa mendatang,” ucapnya dikutip melalui pernyataan resmi, Jumat (28/10/22).

Dia menambahkan, dominasi anak muda Indonesia terhadap pasar modal sejalan dengan upaya pengembangan regulator. Salah satunya inisiatif yang telah dilakukan KSEI sejak tahun 2019 yaitu pembukaan rekening secara online.

Hingga 14 Oktober 2022, total jumlah investor pasar modal mencapai 9,87 juta, atau naik 31,85% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni 7,49 juta. Termasuk di dalamnya 9,18 juta investor reksa dana yang mengalami peningkatan 34,30% dari tahun sebelumnya.

Kehadiran agen penjual efek reksa dana berbasis financial technology (fintech) menjadi faktor utama meningkatnya jumlah investor, hal ini terlihat dari 78,10% investor reksa dana membuka rekening melalui agen penjual reksa dana berbasis fintech.

Hingga 14 Oktober 2022, nilai aset yang tersimpan di KSEI mengalami peningkatan 7,22% dari Rp5.639,11 triliun di akhir tahun 2021 menjadi Rp6.046,03 triliun, dengan komposisi nilai aset investor lokal mencapai 58,75%. Di sisi lain, nilai reksa dana yang tercatat di KSEI mengalami penurunan 3,56% dari Rp826,70 triliun di akhir tahun 2021 menjadi Rp797,25 triliun.

Pada RUPSLB KSEI, Uriep juga menjelaskan 13 program strategis KSEI di tahun 2023. Salah satu program strategis KSEI adalah rencana pengembangan alternatif penyimpanan dana nasabah pada sub rekening efek (SRE) untuk memfasilitasi transaksi instrumen efek bersifat ekuitas, efek bersifat utang dan sukuk, ataupun efek lain yang tercatat di KSEI.

Program ini bertujuan untuk dapat meningkatkan efisiensi dalam penyimpanan dalam penyelesaian transaksi di pasar modal, termasuk juga untuk memperluas jaringan untuk onboarding investor pasar modal.

Untuk mendukung program strategis ini, KSEI juga telah menjadi salah satu peserta BI-FAST pada 31 Januari 2022, yang merupakan infrastruktur sistem pembayaran ritel nasional yang dikembangkan oleh Bank Indonesia.

Di samping itu, sejalan dengan program strategis yang diusung, KSEI bersama SRO juga akan mengembangkan infrastruktur untuk mendukung penyelesaian transaksi perdagangan karbon di Indonesia, termasuk juga pengembangan S-MULTIVEST untuk mendukung industri asuransi dan dana pensiun.

Selain kinerja operasional perusahaan, Uriep juga menyampaikan pemaparan rencana anggaran dalam rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAT) 2023 yang meliputi anggaran untuk melaksanakan realisasi beberapa rencana strategis KSEI.

Adapun rencana investasi KSEI pada tahun 2023 sebagian besar digunakan untuk pengembangan sistem dan infrastruktur dalam mendukung pasar modal secara khusus, dan pasar keuangan secara umum.

Infrastruktur yang dimaksud, terdiri dari sistem utama KSEI di pasar modal, yakni C-BEST dan S-INVEST, serta EASY. KSEI juga mengalokasikan 35% anggaran bagi pengembangan sistem penunjang.

Afditya Imam