Rahasia Menganalisis Saham Murah: Indikator Penting yang Harus Diketahui

Last modified date

Banyak orang tertarik beli saham murah dengan harapan bisa naik berkali-kali lipat. Tapi, hati-hati! Saham murah belum tentu bagus, dan saham bagus belum tentu murah.

Biar nggak terjebak beli saham “murahan” yang justru bikin rugi, kamu harus tahu cara menganalisis valuasi saham dengan benar. Yuk, simak beberapa indikator penting buat menemukan saham murah tapi berkualitas!


1. Price-to-Earnings Ratio (PER): Cek Apakah Saham Murah atau Mahal

PER (Price-to-Earnings Ratio) adalah indikator yang paling sering dipakai buat cek valuasi saham. Rumusnya:

PER = Harga Saham / Laba per Saham (EPS)

  • PER rendah → Bisa jadi saham undervalued.
  • PER tinggi → Bisa jadi saham overvalued.

Tapi jangan asal beli saham dengan PER rendah! Cek juga rata-rata PER di industrinya. Misalnya:

  • Saham teknologi rata-rata punya PER 20x, kalau ada saham dengan PER 10x, mungkin itu peluang undervalued.
  • Tapi kalau ada saham dengan PER 5x, bisa jadi bukan undervalued, tapi perusahaannya memang lagi bermasalah!

2. Price-to-Book Value (PBV): Apakah Saham Lebih Murah dari Asetnya?

PBV (Price-to-Book Value) mengukur apakah harga saham lebih rendah dari nilai buku perusahaan. Rumusnya:

PBV = Harga Saham / Nilai Buku per Saham

  • PBV < 1 → Saham dihargai lebih murah dari nilai asetnya.
  • PBV > 1 → Saham dihargai lebih mahal dari nilai asetnya.

Saham dengan PBV rendah bisa jadi undervalued, tapi kalau terlalu rendah, cek dulu kenapa! Jangan-jangan perusahaan punya masalah serius, seperti utang yang tinggi atau bisnisnya lagi sekarat.


3. Dividend Yield: Cari Saham yang Rajin Bagi Dividen

Kalau kamu suka passive income, dividend yield bisa jadi indikator penting. Rumusnya:

Dividend Yield = Dividen per Saham / Harga Saham x 100%

  • Dividend yield tinggi → Bisa jadi tanda saham undervalued.
  • Dividend yield rendah → Bisa jadi karena harga saham sudah naik atau perusahaan lebih fokus ekspansi.

Tapi jangan cuma lihat yield tinggi doang! Pastikan perusahaan punya track record bagus dalam membayar dividen, bukan sekadar gimmick sesaat.


4. Debt-to-Equity Ratio (DER): Seberapa Besar Utang Perusahaan?

DER (Debt-to-Equity Ratio) menunjukkan seberapa besar utang perusahaan dibanding modalnya. Rumusnya:

DER = Total Utang / Ekuitas Pemegang Saham

  • DER rendah → Perusahaan punya utang kecil, lebih aman.
  • DER tinggi → Perusahaan punya utang besar, lebih berisiko.

Beberapa industri seperti perbankan biasanya punya DER tinggi karena model bisnisnya memang berbasis pinjaman. Tapi kalau di industri lain DER tinggi, kamu harus hati-hati!


5. Free Cash Flow (FCF): Apakah Perusahaan Punya Uang “Lebihan”?

FCF (Free Cash Flow) adalah uang yang tersisa setelah perusahaan bayar semua biaya operasional dan investasi.

  • FCF positif → Perusahaan punya arus kas sehat, bisa ekspansi atau bagi dividen.
  • FCF negatif → Perusahaan mungkin kesulitan bayar utang atau biaya operasional.

FCF itu ibarat “uang jajan” perusahaan. Kalau sehat, artinya bisnisnya berjalan lancar.


Kesimpulan

Menemukan saham murah yang berkualitas butuh analisis yang lebih dalam, bukan cuma lihat harga doang. Gunakan kombinasi indikator seperti PER, PBV, dividend yield, DER, dan FCF untuk menilai apakah saham benar-benar undervalued atau justru jebakan.

Kalau kamu ingin sukses dalam investasi saham, jangan cuma ikut-ikutan beli saham murah tanpa riset! Gunakan indikator ini biar keputusan investasimu makin cuan dan aman.

Afditya Imam