Anjlok Nyaris 60 Persen, Saham Allo Bank (BBHI) Mahal Atau Murah?
Harga saham bank digital PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) masih mengalami tren penurunan. Namun, usai anjlok lebih dari 50 persen dalam setahun terakhir, valuasi BBHI masih terbilang mahal (overvalued).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), per penutupan sesi I Rabu (18/1/2023), harga saham emiten milik CT Corp besutan pengusaha Chairul Tanjung tersebut turun 0,89 persen secara harian ke angka Rp1.675 per saham.
Selama awal 2023 (YtD), harga saham BBHI sudah turun 5,10 persen. Sedangkan dalam kurun setahun belakangan, saham BBHI sudah anjlok 58,10 persen.
Harga Rp1.675 per saham tersebut mengimplikasikan valuasi price earnings ratio (PER) atau rasio P/E 130,60 kali. Ini artinya, saham BBHI diperdagangkan 130,60 kali di atas laba per saham perusahaan.
Dengan rasio P/E tersebut, valuasi BBHI jauh lebih mahal dibandingkan rerata PER industri yang sebesar 12 kali.
Sedangkan, dengan menggunakan metode asset-based (berbasis aset) yang populer untuk sektor perbankan, metrik rasio price to book value (PBV), valuasi BBHI juga masih kemahalan.
PBV adalah rasio yang membandingkan harga saham dengan nilai buku ekuitas. Semakin rendah rasio PBV, suatu saham bisa disebut semakin murah.
Saat ini, rasio PBV BBHI sebesar 5,76 kali. Secara sederhana, itu berarti harga saham BBHI diperdagangkan 5,76 kali di atas nilai buku per sahamnya.
Secara rule of thumb, rasio PBV dikatakan mahal apabila di atas 1 kali dan murah apabila di bawah 1 kali. Demikian pula, saham dengan PBV di atas rerata industri bisa disebut overvalued.
Nah, PBV rerata industri sendiri berada di angka 2,09 kali.
Apabila menggunakan PBV rata-rata industri tersebut, harga wajar saham BBHI berada di kisaran Rp607 per saham.
Membincang kinerja keuangan teranyar, laba bersih Allo Bank naik 143 persen secara tahunan (yoy) dari Rp85,73 miliar per kuartal III 2021 menjadi Rp209,02 miliar pada periode yang sama 2022.
Pendapatan bunga bersih mencapai Rp406,08 miliar pada periode Januari-September 2022, tumbuh 208 persen yoy dari periode kuartal III 2021.
Aset bertumbuh dari Rp9,77 triliun per kuartal II 2022 menjadi Rp10,59 triliun per kuartal III 2022. Sementara, kredit juga naik dari Rp6,17 triliun selama paruh pertama 2022 menjadi Rp7,16 triliun per kuartal ketiga 2022.
Adapun, dana pihak ketiga (DPK) Allo Bank juga tumbuh menjadi Rp4,07 triliun pada kuartal III 2022 dari periode kuartal sebelumnya sebesar Rp2,12 triliun.